Sejarah Atlantis: Tamadun yang hilang.

Peta Atlantis menurut Athanasius Kircher. Pada peta tersebut, Atlantis terletak di tengah Samudra Atlantik.

Peta Atlantis menurut Athanasius Kircher. Pada peta tersebut, Atlantis terletak di tengah Samudra Atlantik.Atlantis, Atalantis, atau Atlantika (Yunani: Ἀτλαντὶς νῆσος, “pulau Atlas”) adalah pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias.

Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terbentang “di sepanjang pilar Herkules”. Atlantis merupakan kekuatan angkatan laut yang menaklukan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau kira-kira sekitar tahun 9500 SM. Setelah usaha menyerang Yunani yang gagal, Atlantis tenggelam ke dalam samudra “hanya dalam satu hari satu malam”.

Atlantis umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas oleh kebanyakan sarjana, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa sarjana mengatakan bahwa Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun 415-413 SM.

Kemungkinan keberadaan Atlantis banyak didiskusikan selama era klasik, tetapi biasanya ditolak dan terkadang diparodikan. Kisah Atlantis kurang diketahui selam Abad Pertengahan, namun, pada era modern, cerita mengenai Atlantis ditemukan kembali. Deskripsi Plato menginspirasikan karya-karya penulis zaman Renaissance, seperti “New Atlantis” karya Francis Bacon. Atlantis juka mempengaruhi literatur modern, dari sains fiksi sampai buku komik dan film. Namanya telah menjadi pemeo untuk yang mana pun dan semua peradaban prasejarah tetapi maju (dan hilang).

Catatan Plato

Plato dan Aristoteles.Dua dialog Plato, Timaeus dan Critias, ditulis pada tahun 360 SM, yang berisi referensi pertama Atlantis. Plato tidak pernah menyelesaikan Critias karena alasan yang tidak diketahui; namun, sarjana yang bernama Benjamin Jowett diantara lainnya menyatakan bahwa Plato awalnya merencanakan untuk membuat catatan ketiga yang berjudul Hermocrates. John V. Luce mengasumsikan bahwa Plato — setelah mendeskripsikan asal usul dunia dan manusia dalam Timaeus, dan juga komunitas sempurna Athena kuna dan keberhasilannya dalam mempertahankan diri dari serangan Atlantis dalam Critias — akan telah membuat strategi peradaban Helenik selama konflik mereka dengan bangsa barbar subyek diskusi dalam Hermocrates.

Empat tokoh yang muncul dalam kedua catatan tersebut adalah politikus Critias dan Hermocrates dan juga filsuf Socrates dan Timaeus, meskipun hanya Critias yang berbicara mengenai Atlantis. Meskipun semua tokoh tersebut merupakan tokoh bersejarah (hanya tiga tokoh pertama yang dibawa), catatan tersebut mungkin merupakan karya fiksi Plato. Dalam karya tertulisnya, Plato menggunakan dialog Socrates untuk mendiskusikan posisi berlawanan dalam konteks perkiraan.

Plato & Aristotles

Timaeus
Timaeus dimulai dengan pembukaan, diikuti dengan catatan pembuatan dan struktur alam semesta dan peradaban kuna. Dalam bagian pembukaan, Socrates merenungkan mengenai komuniti yang sempurna, dideskripsikan dalam Republic karya Plato, dan heran jika ia dan tamunya dapat mengingat kembali cerita yang mencontohkan peradaban tersebut.

Pada buku Timaeus, Plato berkisah:

“ Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.”

Critias menyebut kisah yang diduga sejarah yang akan memberikan contoh sempurna, dan diikuti dengan deskripsi Atlantis. Dalam catatannya, Athena kuna mewakili “komunitas sempurna” dan Atlantis adalah musuhnya, mewakili ciri sempurna sangat antitesis yang dideskripsikan dalam Republic. Critias mengklaim bahwa catatannya mengenai Athena kuna dan Atlantis berhaluan dari kunjungan ke Mesir oleh penyair Athena, Solon pada abad ke-6 SM. Di Mesir, Solon bertemu pendeta dari Sais, yang menerjemahkan sejarah Athena kuna dan Atlantis, dicatat pada papiri di heroglif Mesir, menjadi bahasa Yunani. Menurut Plutarch, Solon bertemu dengan “Psenophis Heliopolis, dan Sonchis Saite, yang paling dipelajari dari semua pendeta” (Kehidupan Solon). Karena jarak 500 tahun lebih antara Plutarch dan peristiwa yang bersifat sebagai alasan atau dalih, dan karena informasi ini tidak ada pada Timaeus dan Critias, identifikasi ini dipertanyakan.

Menurut Critias, dewa Helenik membagi wilayah sehingga tiap dewa dapat memiliki; Poseidon mewarisi wilayah pulau Atlantis. Pulau ini lebih besar daripada Libya kuna dan Asia Kecil yang disatukan, tetapi akan tenggelam karena gempa bumi dan menjadi sejumlah lumpur yang tak dapat dilewati, menghalangi perjalanan menyebrang samudra. Bangsa Mesir mendeskripsikan Atlantis sebagai pulau yang terletak kira-kira 700 kilometer, kebanyakan terdiri dari pegunungan di wilayah utara dan sepanjang pantai, dan melinkungi padang rumput berbentuk bujur di selatan “terbentang dalam satu arah tiga ribu stadia (sekitar 600 km), tetapi di tengah sekitar dua ribu stadia (400 km).

Poseidon karya Bronzino (1503–1572)Wanita asli Atlantis bernama Cleito (putri dari Evenor dan Leucippe) tinggal disini. Poseidon jatuh cinta padanya, lalu memperistri gadis muda itu dan melahirkan lima pasang anak laki-laki kembar. Poseidon membagi pulau menjadi 10 wilayah yang masing-masing diserahkan pada 10 anak. Anak tertua, Atlas, menjadi raja atas pulau itu dan samudra disekitarnya (disebut Samudra Atlantik untuk menghormati Atlas). Nama “Atlantis” juga berasal dari namanya, yang berari “Pulau Atlas”.

Poseidon mengukir gunung tempat kekasihnya tinggal menjadi istana dan menutupnya dengan tiga parit bundar yang lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan terpisah oleh cincin tanah yang besarnya sebanding. Bangsa Atlantis lalu membangun jembatan ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, dibuat gua menuju cincin batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan; mereka membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke kota dijaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap cincin kota. Tembok didirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal dari parit, dan dilapisi oleh kuningan, timah dan orichalcum (perunggu atau kuningan).

Menurut Critias, 9.000 tahun sebelum kelahirannya, perang terjadi antara bangsa yang berada di luar Pilar Herkules (umumnya diduga Selat Gibraltar), dengan bangsa yang tinggal di dalam Pilar. Bangsa Atlantis menaklukan Libya sampai sejauh Mesir dan benua Eropa sampai sejauh Tyrrhenia, dan menjadikan penduduknya budak. Orang Athena memimpin aliansi melawan kekaisaran Atlantis, dan sewaktu aliansi dihancurkan, Athena melawan kekaisaran Atlantis sendiri, membebaskan wilayah yang diduduki. Namun, nantinya, muncul gempa bumi dan banjir besar di Atlantis, dan hanya dalam satu hari satu malam, pulau Atlantis tenggelam dan menghilang.

Catatan kuna lainnya
Selain Timaeus dan Critias, tidak terdapat catatan kuna mengenai Atlantis, yang berarti setiap catatan mengenai Atlantis lainnya berdasarkan dari catatan Plato.

Banyak filsuf kuna menganggap Atlantis sebagai kisah fiksi, termasuk (menurut Strabo) Aristoteles. Namun, terdapat filsuf, ahli geografi dan sejarawan yang percaya akan keberadaan Atlantis. Filsuf Crantor, murid dari murid Plato, Xenocrates, mencoba menemukan bukti keberadaan Atlantis. Karyanya, komentar mengenai Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuna lainnya, Proclus, melaporkan bahwa Crantor berkelana ke Mesir dan menemukan kolom dengan sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heroglif. Plato tidak pernah menyebut kolom tersebut. Menurut filsuf Yunani, Solon melihat kisah Atlantis dalam sumber yang berbeda yang dapat “diambil untuk diberikan”.

Bagian lain dari komentar abad ke-5 Proclus mengenai Timaeus memberi deskripsi geografi Atlantis. Menurut mereka, terdapat tujuh pulau di laut tersebut pada saat itu, suci untuk Persephone, dan juga tiga lainnya dengan besar yang sangat besar, salah satunya suci untuk Pluto, lainnya untuk Ammon, dan terakhir di antaranya untuk Poseidon, dengan luas ribuan stadia. Penduduknya—mereka menambah—memelihara ingatan dari nenek moyang mereka mengenai pulau besar Atlantis yang pernah ada dan telah berkuasa terhadap semua pulau di laut Atlantik dan suci untuk Poseidon. Kini, hal tersebut telah ditulis Marcellus dalam Aethiopica”. Marcellus masih belum diidentifikasi.

Sejarawan dan filsuf kuna lainnya yang mempercayai keberadaan Atlantis adalah Strabo dan Posidonius.

Catatan Plato mengenai Atlantis juga telah menginspirasi beberapa imitasi parodik: hanya beberapa dekade setelah Timaeus dan Critias, sejarawan Theopompus dari Chios menulis mengenai wilayah yang disebut Meropis. Deskripsi wilayah ini ada pada Buku 8 Philippica, yang berisi dialog antara Raja Midas dan Silenus, teman dari Dionysus. Silenus mendeskripsikan Bangsa Meropid, ras manusia yang tumbuh dua kali dari ukuran tubuh biasa, dan menghuni dua kota di pulau Meropis (Cos?): Eusebes (Εὐσεβής, “kota Pious”) dan Machimos (Μάχιμος, “kota-Pertempuran”). Ia juga melaporkan bahwa angkatan bersenjata sebanyak sepuluh juta tentara menyebrangi samudra untuk menaklukan Hyperborea, tetapi meninggalkan proposal ini ketika mereka menyadari bahwa bangsa Hyperborea adalah bangsa terberuntung di dunia. Heinz-Günther Nesselrath menyatakan bahwa cerita Silenus merupakan jiplakan dari kisah Atlantis, untuk alasan membongkar ide Plato untuk mengejek.

Zoticus, seorang filsuf Neoplatonis pada abad ke-3, menulis puisi berdasarkan catatan Plato mengenai Atlantis.

Sejarawan abad ke-4, Ammianus Marcellinus, berdasarkan karya Timagenes (sejarawan abad ke-1 SM) yang hilang, menulis bahwa Druid dari Galia mengatakan bahwa sebagian penduduk Galia bermigrasi dari kepulauan yang jauh. Catatan Ammianus dianggap oleh sebagian orang sebagai klaim bahwa ketika Atlantis tenggelam, penduduknya mengungsi ke Eropa Barat; tetapi Ammianus mengatakan bahwa “Drasidae (Druid) menyebut kembali bahwa sebagian dari penduduk merupakan penduduk asli, tetapi lainnya juga bermigrasi dari kepulauan dan wilayah melewati Rhine” (Res Gestae 15.9), tanda bahwa imigran datang ke Galia dari utara dan timur, tidak dari Samudra Atlantik.

Risalah Ibrani mengenai perhitungan astronomi pada tahun 1378/79, yang merupakan parafrase karya Islam awal yang tidak diketahui, menyinggung mitologi Atlantis dalam diskusi mengenai penentuan titik nol kalkulasi garis bujur.

Catatan modern

Peta menunjukan wilayah kekuasaan Kekaisaran Atlantis. Peta dibuat oleh Ignatius L. Donnelly.Novel Francis Bacon tahun 1627, The New Atlantis (Atlantis Baru), mendeskripsikan komunitas utopia yang disebut Bensalem, terletak di pantai barat Amerika. Karakter dalam novel ini memberikan sejarah Atlantis yang mirip dengan catatan Plato. Tidak jelas apakah Bacon menyebut Amerika Utara atau Amerika Selatan.

Novel Isaac Newton tahun 1728, The Chronology of the Ancient Kingdoms Amended (Kronologi Kerajaan Kuna Berkembang), mempelajari berbagai hubungan mitologi dengan Atlantis.

Pada pertengahan dan akhir abad ke-19, beberapa sarjana Mesoamerika, dimulai dari Charles Etienne Brasseur de Bourbourg, dan termasuk Edward Herbert Thompson dan Augustus Le Plongeon, menyatakan bahwa Atlantis berhubungan dengan peradaban Maya dan Aztek.

Ignatius L. Donnelly.
Edgar Cayce.Pada tahun 1882, Ignatius L. Donnelly mempublikasikan Atlantis: the Antediluvian World. Karyanya menarik minat banyak orang terhadap Atlantis. Donnelly mengambil catatan Plato mengenai Atlantis dengan serius dan menyatakan bahwa semua peradaban kuna yang diketahui berasal dari kebudayaan Neolitik tingginya.

Selama akhir abad ke-19, ide mengenai legenda Atlantis digabungkan dengan cerita-cerita “benua hilang” lainnya, seperti Mu dan Lemuria. Helena Blavatsky, “Nenek Pergerakan Era Baru”, menulis dalam The Secret Doctrine (Doktrin Rahasia), bahwa bangsa Atlantis adalah pahlawan budaya (kontras pada Plato yang mendeskripsikan mereka sebagai masalah militer), dan “Akar Ras” ke-4, yang diteruskan oleh “Ras Arya”. Rudolf Steiner menulis evolusi budaya Mu atau Atlantis. Fisikawan terkenal, Edgar Cayce, pertama kali menyebut Atlantis tahun 1923, dan nantinya menjelaskan bahwa lokasi Atlantis berada di Karibia, dan menyatakan bahwa Atlantis adalah peradaban berevolusi tinggi kuna, kini telah tenggelam, yang memiliki kapal dan pesawat tempur menggunakan energi dalam bentuk kristal energi misterius. Ia juga memprediksi bahwa sebagian dari Atlantis akan naik ke permukaan tahun 1968 atau 1969. Jalan Bimini, yang ditemukan oleh Dr.J Manson Valentine, merupakan formasi batu tenggelam yang terlihat seperti jalan di sebelah utara Kepulauan Bimini Utara. Jalan ini ditemukan pada tahun 1968 dan diklaim sebagai bukti peradaban yang hilang dan kini masih diteliti.

Telah diklaim bahwa sebelum era Eratosten tahun 250 SM, penulis Yunani menyatakan bahwa lokasi Pilar Herkules berada di Selat Sisilia, namun tidak terdapat bukti yang cukup untuk membuktikan hal tersebut. Menurut Herodotus (circa 430 SM), ekspedisi Finisi telah berlayar mengitari Afrika atas perintah firaun Necho, berlayar ke selatan Laut Merah dan Samudera Hindia dan bagian utara di Atlantik, memasuki kembali Laut Tengah melalui Pilar Hercules. Deskripsinya di Afrika barat laut menjelaskan bahwa ia melokasikan Pilar Hercules dengan tepat di tempat pilar Hercules berada saat ini. Kepercayaan bahwa pilar Hercules yang telah diletakan di Selat Sisilia menurut Eratosthenes, telah dikutip dalam beberapa teori Atlantis.

[sunting] Ide Nasionalis
Konsep Atlantis menarik berhatian teoris Nazi. Pada tahun 1938, Heinrich Himmler mengorganisir pencarian di Tibet untuk menemukan sisa bangsa Atlantis putih. Menurut Julius Evola (Revolt Against the Modern World, 1934), bangsa Atlantis adalah manusia super (Übermensch) Hyperborea—Nordik yang berasal dari Kutub Utara (lihat Thule). Alfred Rosenberg (The Myth of the Twentieth Century, 1930) juga berbicara mengenai kepala ras “Nordik-Atlantis” atau “Arya-Nordik”.

[sunting] Hipotesa terkini
Dengan teori continental drift secara luas diterima selama tahun 1960-an, kebanyakan teori “Benua Hilang” Atlantis mulai menyusut popularitasnya. Beberapa teoris terkini mengusulkan bahwa elemen cerita Plato berasal dari mitologi awal.

[sunting] Hipotesa lokasi
Lokasi yang diduga sebagai lokasi Atlantis adalah

Al-Andalus
Kreta dan Santorini
Turki
Di dekat Siprus
Timur Tengah
Malta
Sardinia
Troy
Antarktika
Australia
Kepulauan Azores
Tepi Bahama dan Karibia
Bolivia
Laut Hitam
Inggris
Irlandia
Kepulauan Canary dan Tanjung Verde
Denmark
Finlandia
Indonesia
Isla de la Juventud dekat Kuba
Meksiko
Laut Utara
Estremadura, Portugal
Swedia

Demikianlah serba sedikit Sejarah Tamadun Atlantis. Kajian ini akan diperbaharui dari semasa ke semasa. Petikan di atas adalah hasil Rujukan daripada http://id.wikipedia.org/wiki/Atlantis.

Terima kasih Wikipedia.

Batu Permata: Kristalogi Atlantis

Batu Permata menurut Zodiac/Tanda Bintang (sekadar pengetahuan). Buat pengetahuan pembaca, Ilmu Batu Permata ini telah lama dipraktikkan di dalam tamadun-tamadun terdahulu. Dan tamadun yang paling popular dalam menggunakan Batu Permata sebagai teknologi mereka ialah Tamadun Atlantis. Sebuah peradaban yang amat maju dan berteknologi tinggi. Mungkin dongengan, namun kesan2nya seta sejarahnya masih lagi diperkatakan hingga hari ini. Insyaallah, akan saya tulis pula berkenaan tamadun ini bila ada kesempatan yang mendatang.
Batu Permata menurut Zodiac/Tanda Bintang ini merupakan pilihan lain, dalam hubungannya dengan Batu Kelahiran, Batu Planet serta Batu Keberuntungan.

Tanda Bintang
Batu Kelahiran
Batu Planet
Batu Keberuntungan

Capricorn
(22 Des-19 Jan)
Ruby / Mirah, Garnet, Agate / Akik
Lapis Lazuli
Ruby / Mirah

Aquarius
(20Jan-18 Feb)
Garnet, Moss Agate / Akik Lumut, Opal / Kalimaya, Amethyst / Kecubung
Turquoise / Pyrus
Garnet, Hyacinth

Pisces
(19 Feb-20 Mar)
Amethyst / Kecubung, Rock Crystal, Sapphire, Bloodstone
Aquamarine
Amethyst / Kecubung

Aries
(21 Mar-19 Apr)
Bloodstone, Diamond / Intan
Jasper / Hati Ayam
Diamond / Intan, Jasper / Hati Ayam, Bloodstone

Jenis Batu Permata

Taurus
(20 Apr-20 Mei)
Sapphire, Amber, Turquoise / Pyrus, Blood Coral, Emerald / Zamrut
Emerald / Zamrut, Aventurine
Sapphire, Diamond / Intan

Gemini
(21 Mei-20 Jun)
Agate / Akik, Pearl / Mutiara, Chrysoprase
Tiger Eye / Mata Macan
Agate / Akik, Emerald / Zamrut

Cancer
(21Jun-22Jul)
Emerald / Zamrut, Pearl / Mutiara, Ruby / Mirah, Moonstone
Moonstone
Emerald / Zamrut, Agate / Akik, Chalcedony

Leo
(23Jul-22Agst)
Tourmaline, Sardonyx, Onyx
Rock Crystal
Peridot, Onyx, Amber

Virgo
(23Agst-22Sep)
Pink Jasper / Hati Ayam Pink, Jade / Giok, Carnelian, Sapphire
Citrine / Kwarsa kuning
Carnelian, Sardonyx

Libra
(23Sep-22Okt)
Opal / Kalimaya, Lapis Lazuli, Peridot
Sapphire
Opal / Kalimaya, Chrysolite, Sardonyx

Scorpio
(23Okt-21Nov)
Aquamarine, Topaz
Garnet, Ruby / Mirah
Aquamarine, Beryl

Sagittarius
(22Nov-21Des)
Sapphire, Topaz, Amethyst / Kecubung, Turquoise / Pyrus
Topaz
Topaz, Pearl / Mutiara

Negeri Sembilan

BAB I : Sejarah Minangkabau (1)

1. Kerajaan Pertama di Gunung Merapi

Rumah Gadang

1. Maharaja yang Bermahkota

Dikatakan pula oleh Tambo, bahwa dalam pelayaran putera-putera Raja Iskandar Zulkarnain tiga bersaudara, dekat pulau Sailan mahkota emas mereka jatuh ke dalam laut. Sekalian orang pandai selam telah diperintahkan untuk mengambilnya. Tetapi tidak berhasil, karena mahkota itu dipalut oleh ular bidai di dasar laut.

Ceti Bilang Pandai memanggil seorang pandai mas. Tukang mas itu diperintahkannya untuk membuat sebuah mahkota yang serupa.

Setelah mahkota itu selesai dengan pertolongan sebuah alat yang mereka namakan “camin taruih” untuk dapat menirunya dengan sempurna. Setelah selesai tukang yang membuatnya pun dibunuh, agar rahasia tidak terbongkar dan jangan dapat ditiru lagi.

Waktu Sri Maharaja Diraja terbangun, mahkota itu diambilnya dan dikenakannya diatas kepalanya. Ketika pangeran yang berdua lagi terbangun bukan main sakit hati mereka melihat mahkota itu sudah dikuasai oleh si bungsu. Maka terjadilah pertengkaran, sehingga akhirnya mereka terpisah.

Sri Maharaja Alif meneruskan pelayarannya ke Barat. Ia mendarat di Tanah Rum, kemudian berkuasa sampai ke Tanah Perancis dan Inggris. Sri Maharaja Dipang membelok ke Timur, memerintah negeri Cina dan menaklukkan negeri Jepang.

2. Galundi nan Baselo

Sri Maharaja Diraja turun sedikit ke bawah dari puncak Gunung Merapi membuat tempat di Galundi Nan Baselo. Lebih ke baruh lagi belum dapat ditempuh karena lembah-lembah masih digenangi air, dan kaki bukit ditutupi oleh hutan rimba raya yang lebat.

Mula-mula dibuatlah beberapa buah taratak. Kemudian diangsur-angsur membuka tanah untuk dijadikan huma dan ladang. Teratak-teratak itu makin lama makin ramai, lalu tumbuh menjadi dusun, dan Galundi Nan Baselo menjadi ramai.

Sri Maharaja Diraja menyuruh membuat sumur untuk masing-masing isterinya mengambil air. Ada sumur yang dibuat ditempat yang banyak agam tumbuh dan pada tempat yang ditumbuhi kumbuh, sejenis tumbuh-tumbuhan untuk membuat tikar, karung, kembut dsb. Ada pula ditempat yang agak datar. Ditengah-tengah daerah itu mengalir sebuah sungai bernama Batang Bengkawas. Karena sungai itulah lembah Batang Bengkawas menjadi subur sekali.

Beratus-ratus tahun kemudian setelah Sri Maharaja Diraja wafat, bertebaranlah anak cucunya kemana-mana, berombongan mencari tanah-tanah baru untuk dibuka, karena air telah menyusut pula. Dalam tambo dikatakan “Tatkalo bumi barambuang naiak, aia basintak turun”.

Keturunan Sri Maharaja Diraja dengan “Si Harimau Campa” yang bersumur ditumbuhi agam berangkat ke dataran tinggi yang kemudian bernama “Luhak Agam” (luhak = sumur). Disana mereka membuka tanah-tanah baru. Huma dan teruka-teruka baru dikerjakan dengan sekuat tenaga. Bandar-bandar untuk mengairi sawah-sawah dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

Keturunan “Kambing Hutan” membuka tanah-tanah baru pula di daerah-daerah Gunung Sago, yang kemudian diberi nama “Luhak 50 Koto” (Payakumbuh) dari luhak yang banyak ditumbuhi kumbuh.

Keturunan “Anjing yang Mualim” ke Kubang Tigo Baleh (Solok), keturunan “Kucing Siam” ke Candung-Lasi dan anak-anak raja beserta keturunannya dari si Anak Raja bermukim tetap di Luhak Tanah Datar. Lalu mulailah pembangunan semesta membabat hutan belukar, membuka tanah, mencencang melateh, meneruka, membuat ladang, mendirikan teratak, membangun dusun, koto dan kampung.

3. Kedatangan Sang Sapurba

Tersebutlah kisah seorang raja bernama Sang Sapurba. Di dalam tambo dikatakan “Datanglah ruso dari Lauik”. Kabarnya dia sangat kaya bergelar Raja Natan Sang Sita Sangkala dari tanah Hindu. Dia mempunyai mahkota emas yang berumbai-umbai dihiasai dengan mutiara, bertatahkan permata berkilauan dan ratna mutu manikam.

Mula-mula ia datang dari tanah Hindu. Ia mendarat di Bukit Siguntang Maha Meru dekat Palembang. Disana dia jadi menantu raja Lebar Daun. Dari perkawinannya di Palembang itu dia memperoleh empat orang anak, dua laki-laki yaitu Sang Nila Utama, Sang Maniaka; dua perempuan yaitu Cendera Dewi dan Bilal Daun.

Pada satu hari Sang Sapurba ingin hendak berlayar menduduki Sungai Indragiri. Setelah lama berlayar, naiklah dia ke darat, akhirnya sampai di Galundi Nan Baselo. Waktu itu yang berkuasa di Galundi Nan Baselo ialah Suri Dirajo, seorang dari keturunan Sri Maharaja Diraja. Suri Diraja tekenal dengan ilmunya yang tinggi, ia bertarak di gua Gunung Merapi. Karena ilmunya yang tinggi dan pengetahuannya yang dalam, ia jadi raja yang sangat dihormati dan disenangi oleh penduduk Galundi Nan Baselo dan di segenap daerah. Ia juga bergelar Sri Maharaja Diraja, gelar yang dijadikan gelar keturunan raja-raja Gunung Merapi.

Anak negeri terheran-heran melihat kedatangan Sang Sapurba yang serba mewah dan gagah. Orang banyak menggelarinya “Rusa Emas”, karena mahkotanya yang bercabang-cabang. Oleh karena kecerdikan Suri Dirajo, Sang Sapurba dijadikan semenda, dikawinkan dengan adiknya bernama Indo Julito. Sang Sapurba adalah seorang Hindu yang beragama Hindu. Dia menyembah berhala. Lalu diadakan tempat beribadat di suatu tempat. Tempat ini sampai sekarang masih bernama Pariangan (per-Hiyang-an = tempat menyembah Hiyang / Dewa). Dan disitu juga terdapat sebuah candi buatan dari tanah tempat orang-orang Hindu beribadat. Ada juga yang mengatakan tempat itu adalah tempat beriang-riang.

Makban Bulaan

4. Raja yang Hanya Sebagai Lambang

Sang Sapurba lalu dirajakan dengan memangku gelar Sri Maharaja Diraja juga. Tetapi yang memegang kendali kuasa pemerintahan tetap Suri Dirajo sebagai orang tua, sedangkan sang sapurba hanya sebagai lambang.
Untuk raja dengan permaisurinya dibuatkan istana “Balairung Panjang” tempatnya juga memerintah. Istana ini konon kabarnya terbuat dari : tonggaknya teras jelatang, perannya akar lundang, disana terdapat tabuh dari batang pulut-pulut dan gendangnya dari batang seleguri, getangnya jangat tuma, mempunyai cenang dan gung, tikar daun hilalang dsb.

Karena Pariangan makin lama makin ramai juga Sang Sapurba pindah ke tempat yang baru di Batu Gedang. Seorang hulubalang yang diperintahkan melihat-lihat tanah-tanah baru membawa pedang yang panjang. Banyak orang kampung yang mengikutinya. Mereka menuju ke arah sebelah kanan Pariangan. Terdapatlah tanah yang baik, lalu dimulai menebang kayu-kayuan dan membuka tanah-tanah baru. Selama bekerja hulubalang itu menyandarkan pedang yang panjang itu pada sebuah batu yang besar. Banyak sekali orang yang pindah ke tempat yang baru itu. Mereka berkampung disitu, dan kampung baru tempat menyandarkan pedang yang panjang itu, sampai sekarang masih bernama Padang Panjang.

Lama kelamaan Padang Panjang itu jadi ramai sekali. Dengan demikian Pariangan dengan Padang Panjang menjadi sebuah negeri, negeri pertama di seedaran Gunung Merapi di seluruh Batang Bengkawas, yaitu negeri Pariangan Padang Panjang. Untuk kelancaran pemerintahan perlu diangkat orang-orang yang akan memerintah dibawah raja. Lalu bermufakatlah raja dengan orang-orang cerdik pandai. Ditanam dua orang untuk Pariangan dan dua orang pula untuk Padang Panjang. Masing-masing diberi pangkat “penghulu” dan bergelar “Datuk”. · Dt. Bandaro Kayo dan Dt. Seri Maharajo untuk Pariangan · Dt. Maharajo Basa dan Dt. Sutan Maharajo Basa untuk Padang Panjang. Orang-orang yang berempat itulah yang mula-mula sekali dijadikan penghulu di daerah itu. Untuk rapat dibuat Balai Adat. Itulah balai pertama yang asal sebelum bernama Minangkabau di Pariangan.

5. Sikati Muno

Seorang orang jahat yang datang dari negeri seberang tiba pula di daerah itu. Karena tubuhnya yang besar dan tinggi bagai raksasa ia digelari orang naga “Sikati Muno” yang keluar dari kawah Gunung Merapi.

Rakyat sangat kepadanya dan didongengkan mereka, bahwa naga itu tubuhnya besar dan panjangnya ada 60 depa dan kulitnya keras. Ia membawa bencana besar yang tidak terperikan lagi oleh penduduk. Kerjanya merampok dan telah merusak kampung-kampung dan dusun-dusun. Padi dan sawah diladang habis dibinasakannya. Orang telah banyak yang dibunuhnya, laki-laki, perempuan dan gadis-gadis dikorbankannya. Keempat penghulu dari Pariangan-padang Panjang diutus Suri Drajo menghadap Sang Sapurba di Batu Gedang tentang kekacauan yang ditimbuklan oleh Sikati Muno. Untuk menjaga prestisenya sebagai seorang semenda, Sang Sapurba lalu pergi memerangi Sikati Muno. Pertarungan hebat pun terjadi berhari-hari lamanya. Pedang Sang Sapurba sumbing-sumbing sebanyak seratus sembilan puluh. Akhirnya naga Sikati Muno itu mati dibunuh oleh Sang Sapurba dengan sebilah keris. Keris tersebut dinamakan “Keris Sikati Muno”, keris bertuah, tak diujung pangkal mengena, jejak ditikam mati juga.

Sejak itu amanlah negeri Pariangan-Padang Panjang, dan semakin lama semakin bertambah ramai. Oleh sebab itu Sang Sapurba memerintahkan lagi mencari tanah-tanah baru. Pada suatu hari raja sendiri pergi keluar, melihat-lihat daerah yang baik dijadikan negeri. Dia berangkat bersama-sama dengan pengiring-pengiringnya. Ia sampai pada suatu tempat mata air yang jernih keluar dari bawah pohon tarab. Sang Sapurba berpikir, tanah itu tentu akan subur sekali dan baik dijadikan negeri. Lalu diperintahkannyalah membuka tanah-tanah baru ditempat itu. Sampai sekarang tanah itu dinamakan Sungai Tarab. Kemudian hari jadi termasyhur, tempat kedudukan “Pamuncak Koto Piliang” Dt. Bandaharo di Sungai Tarab. Selain itu raja menemui pula setangkai kembang teratai di daerah itu, kembang yang jadi pujaan bagi orang-orang Hindu. Raja menyuruh mendirikan sebuah istana di tempat itu. Setelah istana itu siap raja lalu pindah bertahta dari Pariangan-Padang Panjang ke tempat yang baru itu, yang kemudian dinamakan negeri Bungo Satangkai, negeri yang kedua sesudah Pariangan-Padang Panjang.

(Sumber : Minangkabau Tanah Pusaka – Tambo Minangkabau)
2

Super-Earths’ spotted in distant solar systems

An artist's impression of the trio of super-Earths discovered ...

WASHINGTON (Reuters) – European researchers said on Monday they discovered a batch of three “super-Earths” orbiting a nearby star, and two other solar systems with small planets as well.

They said their findings, presented at a conference in France, suggest that Earth-like planets may be very common.

“Does every single star harbor planets and, if yes, how many?” asked Michel Mayor of Switzerland’s Geneva Observatory. “We may not yet know the answer but we are making huge progress towards it,” Mayor said in a statement.

The trio of planets orbit a star slightly less massive than our Sun, 42 light-years away towards the southern Doradus and Pictor constellations. A light-year is the distance light can travel in one year at a speed of 186,000 miles a second, or about 6 trillion miles.

The planets are bigger than Earth — one is 4.2 times the mass, one is 6.7 times and the third is 9.4 times.

They orbit their star at extremely rapid speeds — one whizzing around in just four days, compared with Earth’s 365 days, one taking 10 days and the slowest taking 20 days.

Mayor and colleagues used the High Accuracy Radial velocity Planet Searcher or HARPS, a telescope at La Silla observatory in Chile, to find the planets.

More than 270 so-called exoplanets have been found. Most are giants, resembling Jupiter or Saturn. Smaller planets closer to the size of Earth are far more difficult to spot.

None can be imaged directly at such distances but can be spotted indirectly using radio waves or, in the case of HARPS, spectrographic measurements. As a planet orbits, it makes the star wobble very slightly and this can be measured.

“With the advent of much more precise instruments such as the HARPS spectrograph … we can now discover smaller planets, with masses between 2 and 10 times the Earth’s mass,” said Stephane Udry, who also worked on the study.

The team also said they found a planet 7.5 times the mass of Earth orbiting the star HD 181433 in 9.5 days. This star also has a Jupiter-like planet that orbits every three years.

Another solar system has a planet 22 times the mass of Earth, orbiting every four days, and a Saturn-like planet with a 3-year period.

“Clearly these planets are only the tip of the iceberg,” said Mayor.

“The analysis of all the stars studied with HARPS shows that about one third of all solar-like stars have either super-Earth or Neptune-like planets with orbital periods shorter than 50 days.”

(Reporting by Maggie Fox; Editing by John O’Callaghan)

Allah Maha Besar!!!

Kisah Saidina ‘ALI

Suatu hari ketika ‘Ali sedang berada dalam pertempuran, pedang
musuhnya patah dan orangnya terjatuh. ‘Ali berdiri di atas
musuhnya itu, meletakkan pedangnya ke arah dada orang itu, dia
berkata, “Jika pedangmu berada di tanganmu, maka aku akan
lanjutkan pertempuran ini, tetapi karena pedangmu patah, maka
aku tidak boleh menyerangmu.”

“Kalau aku punya pedang saat ini, aku akan memutuskan
tangan-tanganmu dan kaki-kakimu,” orang itu berteriak balik.

“Baiklah kalau begitu,” jawab ‘Ali, dan dia menyerahkan
pedangnya ke tangan orang itu.

“Apa yang sedang kamu lakukan”, tanya orang itu kebingungan.
“Bukankah saya ini musuhmu?”

Ali memandang tepat di matanya dan berkata, “Kamu bersumpah
kalau memiliki sebuah pedang di tanganmu, maka kamu akan
membunuhku. Sekarang kamu telah memiliki pedangku, karena itu
majulah dan seranglah aku”. Tetapi orang itu tidak mampu.
“Itulah kebodohanmu dan kesombongan berkata-kata,” jelas ‘Ali.
“Di dalam agama Allah tidak ada perkelahian atau permusuhan
antara kamu dan aku. Kita bersaudara. Perang yang sebenarnya
adalah antara kebenaran dan kekurangan kebijakanmu. Yaitu
antara kebenaran dan dusta. Engkau dan aku sedang menyaksikan
pertempuran itu. Engkau adalah saudaraku. Jika aku menyakitimu
dalam keadaan seperti ini, maka aku harus
mempertanggungjawabkannya pada hari kiamat. Allah akan
mempertanyakan hal ini kepadaku.”

“Inikah cara Islam?” Orang itu bertanya.

“Ya,” jawab ‘Ali, “Ini adalah firman Allah, yang Mahakuasa,
dan Sang Unik.”

Dengan segera, orang itu bersujud di kaki ‘Ali dan memohon,
“Ajarkan aku syahadat.”

Dan ‘Ali pun mengajarkannya, “Tiada tuhan melainkan Allah.
Tiada yang ada selain Engkau, ya Allah.”

Hal yang sama terjadi pada pertempuran berikutnya. ‘Ali
menjatuhkan lawannya, meletakkan kakinya di atas dada orang
itu dan menempelkan pedangnya ke leher orang itu. Tetapi
sekali lagi dia tidak membunuh orang itu.

“Mengapa kamu tidak membunuh aku?” Orang itu berteriak dengan
marah. “Aku adalah musuhmu. Mengapa kamu hanya berdiri saja?,’
Dan dia meludahi muka ‘Ali.

Mulanya ‘Ali menjadi marah, tetapi kemudian dia mengangkat
kakinya dari dada orang itu dan menarik pedangnya. “Aku bukan
musuhmu”, Ali menjawab. “Musuh yang sebenarnya adalah
sifat-sifat buruk yang ada dalam diri kita. Engkau adalah
saudaraku, tetapi engkau meludahi mukaku. Ketika engkau
meludahi aku, aku menjadi marah dan keangkuhan datang
kepadaku. Jika aku membunuhmu dalam keadaan seperti itu, maka
aku akan menjadi seorang yang berdosa, seorang pembunuh. Aku
akan menjadi seperti semua orang yang kulawan. Perbuatan buruk
itu akan terekam atas namaku. Itulah sebabnya aku tidak
membunuhmu.”

“Kalau begitu tidak ada pertempuran antara kau dan aku?” orang
itu bertanya.

“Tidak. Pertempuran adalah antara kearifan dan kesombongan.
Antara kebenaran dan kepalsuan”. ‘Ali menjelaskan kepadanya.
“Meskipun engkau telah meludahiku, dan mendesakku untuk
membunuhmu, aku tak boleh.”

“Dari mana datangnya ketentuan semacam itu?”

“Itulah ketentuan Allah. Itulah Islam.”

Dengan segera orang itu tersungkur di kaki ‘Ali dan dia juga
diajari dua kalimat syahadat.

Mengenal Diri Mengenal Allah

Bermula segala puji-pujian yang empat itu kembali kepada Allah yang Maha Pembimbing yang mengatur urusan kehidupan ini dengan penuh hikmah dan bijaksana. Selawat dan salam untuk Penghulu Mursalin Nabi Muhammad SAW. cahaya yang menerangi kegelapan juga untuk ahli keluarganya, para sahabat yang mengibarkan panji-panji agama menerangi seluruh Alam.

Risalah “Mengenal Diri Mengenal Allah” adalah hasil susunan Mahyuddin Muhammad Ghazali bin Haji Abdullah dari Madrasah Al-Fununiah Al-Tunjuniah Batu Lima Daerah Pendik Jalan Kuala Krai, Kota Bharu Kelantan.

Penulisan kembali risalah dari tulisan jawi kepada bahasa Melayu ini adalah semata-mata untuk memanjangkan tujuan utama penyusunnya sebagaimana yang tercatat pada mukaddimah risalah ini yang berbunyi:

Oleh kerana timbul dan berlaku beberapa pelajaran dan amalan yang dinamakan Ilmu Isi yang boleh menyampaikan kepada Makrifat Ketuhanan, maka dhohirlah berbagai-bagai I’tiqad atau pegangan hati yang menyeleweng daripada Ahli Sunnah Wal-Jamaah dan sesat lagi menyesat kepada orang ramai.

Dengan jalan yang demikian, maka saya tulis sebuah risalah yang dinamakan “Mengenal Diri Mengenal Allah” sebagai panduan jalan yang boleh menyampaikan kepada makrifat yang sebenar mengikut Ahli Sunnah Wal-Jamaah.

Suluk telah menyusun kembali risalah ke dalam Bahasa Melayu dengan membuat sedikit tambahan kepada perkara-perkara yang memerlukan huraian yang lebih sebagai penyebar kebenaran di samping untuk memudahkan pelayar siber mencari panduan yang selamat dalam mencari maklumat-maklumat yang berguna, bermanfaat dan selamat. Semoga usaha ini direstui oleh penyusun asal dan mendapat keberkatan Allah dunia dan akhirat walaupun Suluk sedar diri ini bukanlah ahlinya. Suluk telah membahagikan risalah ini mengikut tajuk-tajuk yang ada dalam risalah tersebut seperti berikut;

1.Mabadi Ilmu Tasauf Mabadi sepuluh yang menjadi tunjang bagi tujaun ilmu

2. Penerimaan Agama Huraian cara dan salsilah penerimaan ilmu dan agama .

3.Yang Dinamakan Agama Huraian himpunan yang mencakupi Iman, Islam, Tauhid dan Makrifat.

4. Feadah(Hakikat Makrifat) Syarat-syarat untuk memperolehi hakikat makrifat

5. Mengenal Diri Mengenal Allah Menyelidik asal kejadian diri dari pandangan tasauf

6. Ruh Akal Nafsu dan Qalbu Perbincangan mengenai akal, nafsu, ruh dan qalbu dari aspek hakikat

7. Asal Kejadian Pendedahan tentang apa itu Nur Muhammad dan kejadiannya

8. Ringkasan Martabat Tujuh Ilmu Tahkik yang menjadi kemuncak dan pati Ilmu Tauhid

9. I’tiqad Yang Bidaah Keterangan mengenai berbagai-bagai i’tiqad yang sesat lagi kufur

Insyaallah…akan saya huraikan setiap satunya berdasarkan sumber-sumber yang boleh dipercayai. Semoga mendapat manfaat.

Penerimaan Agama

Penerimaan Agama

Agama itu adalah diterima mengikut Salafus Sholeh yang ia menerima daripada Rasulullah dan Rasulullah menerima daripada Allah Taala dengan wasitoh(perantaraan) Al-Qur’an atau malaikat atau dengan ketiadaan wasitoh.

Maka usul-usul agama hendaklah berpandu kepada al-Qur’an dan Hadis atau Ijma’ Ulama. Jika tidak didapati daripada Al-Qur’an, Hadis atau Ijma’ Ulama adalah Mardud(tak boleh diterima) kerana agama Islam yang kita ambil ini adalah bertakhlid(mengikut) Salafu-Solah bukan dengan semata-mata akal atau fikiran kerana akal tak sampai memahami perkara-perkara yang ghaib. Maka tiap-tiap amalan yang menyalahi Al-Qur’an atau Hadis atau Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah ia termasuk ke dalam Bidaah yang haram seperti sabda Rasulullah yang bermaksud;

“Tiap-tiap perkara Agama yang baru diada-adakan itu bidaah dan tiap-tiap bidaah itu sesat dan tiap-tiap sesat itu dalam nerakalah tempatnya”.

Adapun sebab kita bertakhlid kepada Salafu-Solah kerana mereka itu hampir dengan Rasulullah SAW. dan mereka itu lebih mengetahui dengan kehendak RasulullahSAW. dan kehendak al-Qur’an. Maka dari sebab inilah Rasulullah telah mengiktiraf dan memuji mereka yang hampir masa dengan sabdanya yang masyhur iaitu;

“Sebaik-baik kau itu, mereka semasaku, kemudian yang mengiringi mereka itu, kemudian yang mengiringi mereka itu”

Ini bermaksud Rasulullah SAW. hanya mengiktiraf dan memuji orang-orang yang ada dalam tiga kurun sahaja. Maka orang-orang yang dalam tiga kurun itu dinamakan Salafu-Solah. Antara mereka termasuklah Mazhab Imam Yang Empat iaitu Imam Shafie, Imam Hambali, Imam Hanafi dan Imam Malik bagi Ilmu Fekah dan Sheikh Junaid Al-Bagdadi, Imam Abu Qasim Al-Qusyairi bagi Ilmu Tasauf, dan Imam Ashaari, Maturidi bagi Ilmu Usuluddin.

Rujukan: http://www.angelfire.com/journal/suluk/agama.html

Konsep Nur Muhammad di dalam Dunia Melayu

KONSEP NUR MUHAMMAD DI DUNIA MELAYU
DALAM KONTEKS WACANA SUNNI-
SATU PENGAMATAN AWAL

OLEH: MUHAMMAD ‘UTHMAN EL-MUHAMMADY

Tulisan ini insya’ Allah akan membicarakan konsep “Nur Muhammad” sebagaimana yang ada dalam beberapa teks Islam Dunia Melayu seperti teks Nur al-Din al-Raniri, , Syaikh Zain al-‘Abidin al-Fatani, antara lainnya,Allah memberi rahmat kepada mereka semuanya.Juga akan diberikan perhatian kepada “Madarij al-Su’ud” dalam Bahasa Arab, karangan Syaikh Nawawi al-Bantani, rahimahu’Llahu Ta’ala. Pengamatan akan diberikan berdasarkan sumber-sumber tafsir dan hadith yang muktabar di kalangan Ahlis-Sunnah wal-jama’ah.Dengan ini diharapkan sangkaan yang tidak enak dan tidak manis terhadap para ulama kita akan dihilangkan, dan kita beradab dengan mereka sebagaimana yang dikehendaki dalam hadith “al-din al-nasihah” dalamn hubungan dengan ‘a’immatul-Muslimin’, antaranya sebagaimana yang dihuraikan oleh al-muhaddithin seperti Imam al-Nawawi rd.Sudah tentu ini adalah satu keperluan dalam menunjukkan kemuliaan Nabi s.a.w. yang bukan hanya “basyar” atau manusia yang terjadi daripada tanah seperti anak-anak Adam yang lain. Ini adalah selain daripada keperluan kita mencari kejernihan dan kebenaran dalam ilmu. Penulis ini yang menyedari dirinya bukan ahli dalam bidang ini bergantung kepada panduan teks-teks ulama Sunni dalam bidang yang berkenaan dan amat memerlukan teguran mereka yang pakar di dalamnya.Mudah –mudahan kita ini mengenali nabi kita sebenarnya, mencintainya dan dengan itu kita cinta kepada Allah dan mendapat rahmatNya .Amin.

Kitab Syaikh Nur al-Din al-Raniri rh

Syaikh Nur al-Din al-Raniri menulis tentang tajuk ini dalam kitabnya Bad’ Khalq al-Samawat wa al-Ard yang tercetak di tepi kitab Taj al-Muluk (tanpa tarikh). (Lihat tulisan penulis ini “Kosmologi para Fuqaha &Ulama Sufiah Dalam pemikiran Melayu”, dalam Kosmologi Melayu, penyelenggaraan Yaacob Harun, Akademi Pengajian Melayu, Universiti Malaya, Kuala Lumpur, 2001, hal.10-22).Antara nas-nas yang disebut di dalamnya ialah hadith qudsi yang terkenal yang bermaksud:”Aku adalah perbendahraan yang tersembunyi, maka Aku kasih bahawa Aku dikenali, maka Aku jadikan makhluk, maka dengannya mereka mengenaliKu”. (Bad’ Khalq al-Samawat wa al-Ard.hal.10).Juga dinukilknya hadith bermaksud:”Sesungguhnya Allah menjadikan ruh nabi dari zatNya dan Ia menjadikan alam semuanya dari ruh Muhammads s.a.w.”(ibid.10).Maksudnya Ia menjadikan ruh nabi daripada tidak ada kepada ada dari SisiNya, bukannya bermakna bahawa sebahagian daripada Tuhan dijadikan ruh nabi.Dinukilnya juga hadith yang bermaksud:”Aku (nabi s.a.w.) dari Allah, dan orang mu’min dariku”.(ibid.10).Ertinya sebagaimana yang dihuraikannya sendiri bahawa nabi adalah makhluk yang pertama yang dijadikan Allah dan sekelian orang mu’min itu dijadikan Allah daripada baginda (iaitu daripada nurnya).(ibid. hal.10).Dinukilkan beliau juga hadith yang bermaksud:”Aku (Tuhan) menjadikan segala perkara kerana engkau (wahai Muhammad) dan Aku jadikan engkau keranaKu”(ibid.10).Juga dinukilkannya hadith yang bermaksud “kalaulah tidak kerana engkau Aku tidak jadikan sekelian falak ini.”(ibid.11).Dinukilkan beliau juga hadith yang bermaksud:”Aku telahpun menjadi nabi walhal Adam berada antara air dan tanah”(ibid.11).

Kemudian beliuau menukil hadith nur Muhammad.Antaranya ialah yang bermaksud:”Perkara yang paling awal yang diciptakan Allah ialah akal”(ibid.11); dan yang bermaksud:”Perkara yang paling awal yang diciptakan Allah aialah al-Qalam”,(ibid.11); dan yang bermaksud:”Perkara yang awal sekali yang diciptakan Allah ialah ruh-ruh”(ibid.11).Beliau menghuraikan bahawa akal, qalam, dan ruh itu ialah kejadian nur Muhammad s.a.w. sebagaimana yan g ternyata daripada hadith yang

==

*Penulis amat berterima kasih kepada Encik Aman Hj Hasan dan Encik ‘Abd al-‘Aziz Hj Hasan dari Pustaka Aman Press –jazaka’llahu khairan kathiran untuk mereka berdua – atas kebenaran menggunakan bahan-bahan yang ada dalam Aman Press untuk menjayakan penulisan ini.

dinukilkan beliau yang bermaksud:”Perkara yang paling awal yang diciptakan Allah ialah nurku”(ibid.11).Dinukilkannya juga hadith yang bermaksud:”Perkara yang paling awal yang dijadikan Allah ialah ruhku”.(ibid.11).

Mengikut Syaikh Nur al-Din Allah menjadikan Nur Muhammad itu daripada pancaran Nur AhadiahNya, yang beliau nukilkan ialah kenyataan kitab al-Manzum yang bermakna:”Telah berdempeklah sifat Jalal dan Sifat Jamal , maka ghaliblah Jamal itu atas sifat jalal, maka dijadikan Allah daripada dua sifat itu Ruh Muhammad , iaitu daripada ‘adam kepada wujud (daripada tidak ada kepada ada-uem)(Bad’ Khalq al-Samawat wa al-Ard.12).Kita perlu nyatakan bahawa yang dijadikan itu makhluk juga, bukannya sambungan daripada zat atau Diri Tuhan, seb ab kalau demikian ada dua yang kadim, dan itu kesyirikan.

Kata beliau bahawa selepas Allah menjadikan Nur Muhammad atau Ruh Muhammad itu Ia tilikkepadanya dengan tilik mahabbah atau kasih, maka ia malu dan berpeluh, dari peluhnya itulah dijadikan ruh-ruh sekelian anbia, aulia dan nyawa sekelian orang mu’min yang salih, dan daripada nyawa sekelian mu’min yang salih itu dijadikan nyawa sekelian mu’min yang fasik, daripada mu’min yang fasik dijadikan nyawa sekelian mu’min yang munafik dan mereka yang kafir.(ibid.13).

Dan dijadikan daripada insan nyawa insan itu nyawa sekelian malaikat, dan daripada malaikat itu nyawa sekelian jin, dan daripada jin itu nyawa sekelian syaitan, dan daripada syaitan itu nyawa sekelian binatang, daripada binatang itu nyawa sekelian tumbuh-tumbuhan, setengahnya mempunyai martabat yang melebihi yang lainnya; jadilah pula segala jenis nafas tumbuh-tumbuhan itu dan segala anasir itu iaitu hawa, api, air dan angin (ibid.13).

Kemudian beliau menyebut basgaimana Allah menilik dengan tilikan haibah pula, hancurlah ia, setengahnya menjadi air, setengahnya menjadi api yang menghanguskan air, keluarlah asap, naik ke angkasa, daripadanya diAllah tujuh petala langit.Setelah itu ada bakinya yang tinggal, daripadanya dijadikan matahari, bulan, dan bintang.(ibid.13).Demikian seterusnya.

Beliau menukilkan pula riwayat yang lain, yang masyhur, bahawa Allah menjadikan sepohon kayu dengan empat dahannya, dinamakan Syajaratul-Yaqin.Kemudian dijadikan Nur Muhammad dalam bentuk burung merak , diletakkan atas pohon itu, lalu ia mengucap tasbih kepada Allah, selama tujuh puluh ribu tahun.Bila merak itu terpandang terlalu cantik rupanya, dengan elok bulunya, dan lainnya, sujudlah ia lima kali sujud, jadilah sujud itu kemudiannya sembahyang lima waktu yang wajib atas umat Muhammad s.a.w.

Kemudian dikisahkan bahawa Allah menjadikan kandil daripada akik yang merah.(ibid.15).

Kemudian Syaikh Nur al-Din menukil riwayat yang menyebut Nur Muhammad dalam bentuk burung merak

Kitab “Kashf al-Ghaibiyyah” oleh Zain al-‘Abidin al-Fatani rh:

Antara kitab Jawi yang popular sebagai rujukan ialah kitab “Kashf al-Ghaibiyyah” .

Dalam kitab “Kashf al-Ghaibiyyah” ( berdasarkan karangan asalnya “Daqa’iq al-Akhbar fi Dhikr al-Jannah wa al-Nar” karangan Imam ‘Abd al-Rahim bin Ahmad al-Qadhi, dan kitab “Durar al-Hisan” karangan al-Suyuti, dan “Mashariq al-Anwar” oleh Shaikh Hasan al-‘Adawi antara lainnya), oleh Syaikh Zain al-‘Abidin al-Fatani rh (Maktabah wa Matba’ah dar al-Ma’arif, Pulau Pinang , t.t.) Kitab ini dikarang oleh beliau pada tahun 1301 Hijrah..Pada halaman 3 dst terdapat bab awal berkenaan dengan penciptaan roh teragung, (al-Ruh al-A’zam), iaitu nur Nabi kita Muhammad ‘alaihis-salatu was-salam. Kata beliau :

“Sesungguhnya telah datang pada khabar oleh bahawasanya Allah taala telah menjadi ia akan sutu pohon kayu baginya empat dahan, maka menamai akan dia Syajarat al-Muttaqin (Pokok Orang-Orang yang bertaqwa), dan pada setengah riwayat Shajarah al-yaqin (Pokok Keyakinan), kemudian telah menjadi ia akan Nur Muhammad di dalam hijab daripada permata yang sangat putih seu(m)pama rupa burung merak dan dihantarkan ia akan dia atas demikian pohon kayu itu , maka mengucap tasbihlah oleh Nur itu atas pohon kayu itu kadar tujuh puluh ribu tahun, kemudian menjadi akan cermin kemaluan maka dihantarkan akan dia dengan berhadapannya ; maka tatkala menilik oleh merak itu di dalam cermin itu melihat ia akan rupanya terlebih elok dan terlebih perhiasan kelakuan, maka malu ia daripada Allah taala , maka lalu berpeluh ia maka titik daripadanya enam titik, maka menjadi oleh Allah taala daripada titik yang pertama akan ruh Abu bakar radiya’Llahu ‘anhu, dan daripada titik yang kedua itu akan ruh ‘Umar radiya’llahu ‘anhu dan daripada titik yang ketiga itu akan ruh ‘Uthman radiya’Llahu ‘anhu, dan daripada titik yang keempat itu akan ruh ‘Ali radiya’Llahu ‘anhu, dan daripada titik yang kelima itu akan pohon bunga mawar dan daripada titik yang keenam itu akan padi”(hal. 3).

Kemudian disebut bagaimana Nur Muhammad itu sujud lima kali, dengan itu ,menjadi fardu sujud , lalu difardukan sermbahyang yang lima waktu atas Muhammad dan ummatnya. Kemudian disebut Allah menilitk kepada nur itu, lalu ia malu, berpeluh kerana malunya. Daripada peluh hidungnya Allah jadikan malaikat, daripoada peluh mukanya Allah jadikan ‘Arasy, Kursi, Lauh dan Qalam, matahari, bulan, hijab, segala bintang, dan barang-barang yang ada di langit. Daripada peluh dadanya dijadikan anbia , muyrsalin, ulama, syuhada dan solihin.Daripada peluh belakangnya dijadikan Bait al-ma’mur, Ka’bah, Bait al-Maqdis, dan segala tempat masjid dalam dunia.(hal.3-4).

Disebutkan beberapa kejadian lagi daripada peluhnya itu:

Daripada peluh dua kening: mukminin dan mukminat dari umat Muhammad;

Daripada peluh dua telinganya: arwah Yahudi dan Nasrani, dan Majusi , golongan mulhid, kafir yang engkar kebenaran, munafikin.

Daripada peluh dua kaki: segala bumi dari Timur dan Barat dan yang ada di dalamnya (hal.4)

Kemudian Allah memerintah nur itu supaya memandang ke hadapan, di hadapannya ada nur, di kanan dan kirinya juga nur.Mereka itu ialah Abu bakar, ‘Umar, ‘Uthman, dan ‘Ali.Kemudian Nur itu mengucap tasbih selama tujuh puluh ribu tahun.

Kata pengarang : dijadikan nur para anbia daripada Nur Muhammad s.a.w; ertinya dijadikan arwah para anbia daripada peluh ruh Muhammad s.a.w., dan dijadikan segala ruh umat anbia itu daripada peluh arwah anbia mereka itu.

Kemudian diriwayatkan bahawa dijadikan oleh Allah kandil daripada akik yang merah, dilihat orang akan zahirnya itu daripada bahagian dalamnya, kemudian dijadikan rupa Muhammad seperti baginda di dunia ini, kemudian diletakkan di dalam kandil tersebut, berdiri baginda di dalamnya seperti berdirinya di dalam sembahyang; kemudian berkeliling roh segala anbia dan lainnya di sekeliling kandil nur Muhammad ‘alaihis-salam, mengucap tasbih dan mengucap tahlil mereka itu selama seratus ribu tahun; kemudian Allah menyuruh segala ruh itu menilik kepadanya; yang menilik kepada kepalanya menjadi khalifah dan sultan antara sekelian makhluk; yang menilik kepada dahinya menjadi amir yang adil; yang menilik kepada dua matanya menjadi hafiz kalam Allah; yang melihat dua keningnya menjadi tukang lukis; yang melihat kepada dua telinganya jadilah ia menuntut dengar dan menerima (pengajaran); yang melihat dua pipinya jadilah ia berbuat baik dan berakal; yang melihat dua bibir mulutnya menjadi orangt-oirang besar raja. Yang melihat hidung menjadi hakim dan tabib dan penjual bau-bauan.Yang melihat mulut menjadi orang puiasa.Demikian seterusnya dengan melihat anggota tertentu, jadilah orang itu mempunyai sifat-sifat tertentu di dunia nanti. Misalnya yang melihat dadanya menjadi orang alim, mulia dan mujtahid. (hal.5).Dan orang yang tidak menilik sesuatu kepadanya jadilah ia mengaku menjadi Tuhan seperti Fir’aun dan yang sepertinya.(hal.5).

Beliau menyebut hadith qudsi ( كنت كنزا مخفيا فأحببت أن أعرف فخلقت الخلق لاعرف )

:Adalah Aku perbendahraan yang tersembunyi maska Aku kehendak akan diperkenal akan daku maka Aku jadikan segala makhluk supaya dikenalnya akan daku. (hal.6)

kemudian beliau menyebut hadith nabi s.a.w. أول ما خلق الله تعالى نورى وفى رواية روحى

Ertinya yang awal-wal barang yang suatu dijadikan Allah taala itu nurku dan pada suatu riwayat ruhku. Kata pengarang ini: Maka adalah sekelian alam ini dijadikan Al;lah subhanahu taala daripada sebab nur Muhammad s.a.w. seperti yang teleh tersebut.Lalu ia menyebut pula haditrh qudsi: خلقت الاشياء لاجلك وخلقتك لاجلى

Ertinya :Aku jadikan segala perkara itu kerana engkau ya Muhammad dan Aku jadikan akan dikau itu kerana Aku, yakni dijadikan nur Muhammad itu dengan tiada wasitah suatu jua pun. (hal.6)

Melalui kitab terkenal ini tersebar fahaman tentang konsep Nur Muhammad di kalangan Muslimin sebelah sini.

Bab yang berikutnya ialah tentang penciptaan Adam a.s. (hal 6 dst).

Kitab al-Kaukab al-Durri fi al-Nur al-Muhammadi oleh Syaikh Muhammad bin Isma’il Daud al-Fatani rh

Kitab ini (terbitan Khazanah al-Fattaniyyah, Kuala Lumpur, 2001).Kitab ini yang dikarang oleh penulisnya pada tahun 1304 Hijrah, di Makkah, berbicara tentang tajuk yang berkenaan dari halaman 2-7. Isinya berdasarkan riwayat Ka’ab al-Akhbar, sebagaimana yang ada dalam kitab “Kashf al-Ghaibiyyah” karangan Syaikh Zain al-‘Abidin al-Fatani.Antaranya maklumatnya ialah: Tuhan menggenggam satu genggam daripada NurNya, diperintah ia menjadi Muhammad, ia menjadi Muhammad, ia menjadi tiang, ia sujud kepada Allah, dibahagi nur itu kepada empat bahagi, pertama menjadi Lauh, kedua Qalam, perintah menulis kepada Qalam, sampai kepada umat nabi-nabi, yang taat dan yang derhaka, dengan akibat-akibat mereka.Sampai disebutkan riwayat tentang sesiapa yang melihat nur itu pada bahagian-bahagian tertentu jadilah ia mempunyai sifat-sifat tertentu.Sekelian makhluk dijadikan daripada nurnya.Ia berakhir dengan menyebut makhluk sembahyang dengan huruf nama Ahmad dan Muhammad, berdiri qiyam seumpama alif, ruku’ seumpama ha,’ sujud seumpama mim, duduk seperti rupa dal.Juga dikatakan makhluk dijadikan atas rupa huruf nama Muhammad, kepala bulat seperti mim, dua tangan seperti rupa ha’, perut seperti rupa mim, dua kaki seperti rupa dal.

Kitab “Daqa’iq al-Akhbar fi Dhikr al-jannah wa al-Nar” terjemahan Melayu oleh Syaikh Ahmad ibn Muhammad Yunus Langka:

Kitab ini diterjemahkan oleh beliau pada 1312 Hijrah di Makkah dahulunya diterbitkaqn oleh dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, Mesir. Kemudian ia diterbitkan oleh Maktabah wa matba’ah al-ma’arif, Pulau Pinang, tanpa tarikh. Isi kitab ini berkenaan dengan nur Muhammad s.a.w., asal kejadiannya, bagaimana semua makhluk dijadikan daripadanya adalah sebagaimana yang telah disebutkan oleh Syaikh Zain al-‘Abidin dalam “Kasshf al-Ghaibiyah”nya yang menjadikan kitab ini sebagai satu daripada sumber-sumbernya, sebagaimana yang dinyatakan dalam bahagian permulaan kitabnya.. Bab pertamanya sama isinya dengan apa yang ada dalam kitab terjemahan ini.

Kitab Madarij al-Su’ud oleh Nawawi al-Bantani rh

Kitab “Madarij al-Su’ud ila ‘ktisa’ al-Burud”, dalam Bahasa Arab, syarah bagi kitab “Maulid al-Barzanji” .Dalam mensyarahkan kata-kata dalam “al-Barzanji” hal.2-3 (Surabaya, tanpa tarikh dan Singapura, tanpa tarikh) bermaksud” Segala puji-pujian bagi Allah yang membuka (seluruh) wujud ini dengan Nur Muhammad (‘al-Nur al-Muhammadi”) yang mengalir dalam tiap-tiap perkara (perkara yang ditakdirkannya oleh Allah taala sebelum daripada Ia menjadikan langit-langit dan bumi selama lima puluh ribu tahun…

Kemudian kata Syaikh Nawawi rh lagi menukil Ka’ab al-Akhbar Allah meredhainya : “Bila Allah hendak menjadikan sekelian makhluk dan mengamparkan bumi dan menegakkan langit, Ia mengambil segempal daripada nurNya firmanNya Jadilah kamu Muhammad, maka jadilah ia sebagai tiang daripada nur dan gemilang bercahaya sehingga sampai kepada hijab zulmah kemudian ia sujud, sambil katanya :Al-hamdulillah , kemudian Allah berfirman kerana itu Aku jadikan engkau dan menamakan engkau Muhammad , daripada engkau Aku memulakan pen ciptaan dan (dengan engkau) Aku mengklhatamkan sekelian rasul; kemudian Allah taala membahagikan nurnya itu kepada empat bahagian, dijadikan daripada yang pertamanya Lauh daripada yang keduanya al-qalam, kemudian Allah berfirman kepada Qalam tulislah, kemudian qalam … selama seribu tahun kepara kehebatan Kalam Allah taala kemudian ia berkata; Apa yang hamba hendak tuliskan, Tuhan berfirman ‘Tulislah ‘la ilaha illa’Allah Muhammadun Rasulullah’ makia Qalam pun menulis yang demikian itu, kemudian ia menjadi terbimbing kepada Ilmu Allah dalam makhlukNya, kemudian ia menulis anak-anak Adam sesiapa yang taatkan Allah dimasukkanNya ke dalam Syurga dan sesiapa yang derhaka kepadaNya dimasukkanNya ke dalam Neraka;

Kemudian (ia menulis) tentang umat Nuh , sesiapa yang taatkan Allah dimasukkanNya ke dalam Syurga dan sesiapa yang derhaka kepadaNya dimasukkanNya ke dalam Neraka…

Demikian seterusnya dengan menyebut umat nabi Ibrahim,…umat nabi Musa…, umaqt Nabi ‘Isa…, sampai kepada umat nabi Muhammad s.a.w.,…kemudian bila Qalam hendak menulis sesiapa yang derhaka dari umat Muhammad akan dimasukkan ke dalam Neraka,terdengar suara dari Tuhan yang Maha Tinggi ‘wahai Qalam, beradablah, maka pecahlah Qalam kerana rasa haibah itu, …, kemudian ini diikuti dengan sebutan tentang bahagian ketiga dijadikan ‘Arasy, dan bahagian yang keempat dibahagi empat pula daripada yang awalnya dijadikan akal, daripada yang kedua dijadikan ma’rifah, daripada yang ketiga dijadikan cahaya ‘Arasy, dan cahaya mata, serta cahaya siang, maka tiap-tiap cahaya ini adalah daripada Nur Muhammad.

Kemudian dinyatakan yang bahagian yang keempat itu diletakkan di bawah ‘Arasy sehinggalah Allah menjadikan Adam a.s., maka Allah letakkan nur itu pada belakangnya, dan dijadikan para malaikat sujud kepadanya, dimasukkannya ke dalam Syurga, walhal para malaikat bersaf di belakang Adam, melihat kepada nur Muhammad.Bila Adam alaihis-salam bertanya mengapa malaikat berdiri di belakang nya bersaf Allah menjawab mereka itu sedang melihat kepada n ur kekasihNya Muhammad yang menjadi khatam sekelian rasul dan anbia.Kemudian Adam meminta nur itu dipindahkan ke hadapan, lalu diletakkan pada dahi baginda.Maka malaikat mengadap wajaihnya pula. Adam meminta pula dipindahkannya lalu diletakkan pada jari telunjuknya supaya ia boleh melihatnya; maka bertambah-tambahlah cantiknya nur itu. Kemudian disebut nur itu dipindah kepada Hawwa’, kemudian kepada nabi Syith, dan seterusnya. Demikianlah nur itu berpindah daripada satu rahim yang suci kepada rahim suci yang lain, sampai ia kepada sulbi ‘Abdullah bapanya, kemudian keluarlah ia ke dunia melalui rahim ibunya . (hal.3).

Perbincangan tentang punca-punca konsep Nur Muhammad:

Antara punca-punca konsep Nur Muhammad ini ialah sebutan-sebutan tentangnya dalam Qur’an dan Sunnah.

Dalam al-Qur’an terdapat sebutan tentang “nur” dalam ayat yang bermaksud “Sesungguhnya telah datang kepadamu Nur dari Allah dan Kitab yang nyata” (5.15).

Tentang ayat di atas “Tafsir al-Jalalain” oleh al-Suyuti menyatakan makna nur itu ialah “rasulullah s.a.w.”.

“قَدْ جَاءَكُمْ مِنْ اللَّه نُور” هُوَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “وَكِتَاب” قُرْآن “مُبِين” بَيِّن ظَاهِر

Dalam “Tafsir al-Qurtubi” dinyatakan begini:

” قَدْ جَاءَكُمْ مِنْ اللَّه نُور ” أَيْ ضِيَاء ; قِيلَ : الْإِسْلَام , وَقِيلَ : مُحَمَّد عَلَيْهِ السَّلَام ; عَنْ الزَّجَّاج .

Telah datang kepada kamu Nur dari Allah, iaitu cahaya, dikatakan “Islam”, dan dikatakan :Muhammad s.a.w dari al-Zajjaj.Dan “kitab” itu dikatakan Qur’an.

Dalam “Tafsir al-Tabari” “nur” : telah datang kepada kamu wahai ahli Taurat dan Injil Nur dari Allah, yakni Nur itu Muhammad salla’Llahu ‘alaihi wa sallam yang dengannya dicerahkan kebenaran dizahirkan Islam dan dihapuskan kesyirikan.

قَدْ جَاءَكُمْ يَا أَهْل التَّوْرَاة وَالْإِنْجِيل مِنْ اللَّه نُور , يَعْنِي بِالنُّورِ مُحَمَّد صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , الَّذِي أَنَارَ اللَّه بِهِ الْحَقّ , وَأَظْهَرَ بِهِ الْإِسْلَام , وَمَحَقَ بِهِ الشِّرْك

Dalam “Tafsir ibn Kathir” tentang ayat ini (5.15) dinyatakan:

قَدْ جَاءَكُمْ مِنْ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ ” يَقُول تَعَالَى مُخْبِرًا عَنْ نَفْسِهِ الْكَرِيمَةِ أَنَّهُ قَدْ أَرْسَلَ رَسُوله مُحَمَّدًا بِالْهُدَى وَدِين الْحَقّ إِلَى جَمِيع أَهْل الْأَرْض

Telah datang kepada kamu Nur dari Allah dan kitab yang nyata, Allah taala memberi khabar berekenaan dengan diriNya sendiri bahawa Ia mengutuskan RasulNya Muhammad dengan Bimbingan Hidayat dan Agama yang hak kepada semua ahli bumi.

Berkenaan dengan ayat 119 Surah al-Syu’ara’

وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ Dan perubahan gerak engkau di kalangan mereka yang sujud

قَالَ مُجَاهِد وَقَتَادَة : فِي الْمُصَلِّينَ . وَقَالَ اِبْن عَبَّاس : أَيْ فِي أَصْلَاب الْآبَاء , آدَم وَنُوح وَإِبْرَاهِيم حَتَّى أَخْرَجَهُ نَبِيًّا . وَقَالَ عِكْرِمَة : يَرَاك قَائِمًا وَرَاكِعًا وَسَاجِدًا ; وَقَالَهُ اِبْن عَبَّاس أَيْضًا

Kata Mujahid dan Qatadah: (perubahan gerak engkau di kalangan mereka yang sujud) iaitu di kalangan mereka yang sembahyang.Kata Ibn ‘Abbas : dalam sulbi-sulbi bapa-bapa kamu (turun temurun) Adam, Nuh, dan Ibrahim, sehingga Allah keluarkan baginda sebagai nabi (akhir zaman).Kata ‘Ikrimah : Melihat engkau berdiri, ruku’, sujud; Ibn ‘Abbas juga berpendapat demikian.

Dalam “Tafsir Ibn Kathir” dalam hubungan dengan ayat yang sama terdapat kenyataan:

وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ

وَقَوْله تَعَالَى ” وَتَقَلُّبك فِي السَّاجِدِينَ ” قَالَ قَتَادَة ” الَّذِي يَرَاك حِين تَقُوم وَتَقَلُّبك فِي السَّاجِدِينَ ” قَالَ فِي الصَّلَاة يَرَاك وَحْدك وَيَرَاك فِي الْجَمْع وَهَذَا قَوْل عِكْرِمَة وَعَطَاء الْخُرَاسَانِيّ وَالْحَسَن الْبَصْرِيّ وَقَالَ مُجَاهِد كَانَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرَى مِنْ خَلْفه كَمَا يَرَى مِنْ أَمَامه وَيَشْهَد لِهَذَا مَا صَحَّ فِي الْحَدِيث ” سَوُّوا صُفُوفكُمْ فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاء ظَهْرِي ” وَرَوَى الْبَزَّار وَابْن أَبِي حَاتِم مِنْ طَرِيقَيْنِ عَنْ اِبْن عَبَّاس أَنَّهُ قَالَ فِي هَذِهِ الْآيَة يَعْنِي تَقَلُّبه مِنْ صُلْب نَبِيّ إِلَى صُلْب نَبِيّ حَتَّى أَخْرَجَهُ نَبِيًّا .

Firman Allah taala: Dan perubahan gerak engkau di kalangan mereka yang sujud.Kata Qatadah: Dia yang melihat engkau bila engkau berdiri dan perubahan gerak engkau di kalangan mereka yang sujud” dalam sembahyang Ia melihat engkau keseorangan dan dalam jemaah.Ini pendapat ‘Ikrimah dan ‘Ata’ al-Khurasani serta Hasan al-Basri.Kata Mujahid Rasulullah s.a.w. boleh melihat orang di belakang baginda sebagaimana ia boleh melihat orang yang di hadapannya. Dan ia menyaksikan bagi yang demikian sebagaimana yang sahih dalam hadith.’Samakan saf-saf kamu, sesungguhnya aku melihat di belakangku’.Dan diriwayatkan oleh al-Bazzar danb ibn Abi Hatim dari dua jalan dari ibn “Abbas bahawa ia menyatakan tentang ayat ini iaitu ‘perubahan gerak baginda dalam sulbi nabi sampai ke sulbi nabi (yang lain, dari Adam sampai seterusnya) sehingga Tuhan keluarkan baginda (ke-dunia menjadi penamat sekelian) nabi.

Dalam Tafsir Ruh al-ma’ani karangan al-Alusi rh tentang huraian berkenaan dengan ayat 5.15 , kenyataannya ialah seperti berikut:

(Berkenaan dengan ayat yang bermaksud :”Telah datang kepada dari Allah nur dan kitab yang nyata” )-nur yang agung (‘azim), ia cahaya bagi sekelian cahaya (nur al-anwar), nabi yang terpilih salla’Llahu ‘alaihi wa sallam, dan Qtadah berpegang kepada pendapat ini, juga (ahli bahasa yang terkenal) al-Zajjaj…Dan tidak jauh (daripada kebenaran) pada pendapatku bahawa maksud kitab yang nyata itu (juga) ialah nabi salla’llahu ‘alaihi wa sallam, dan ‘ataf atasnya adalah seperti ‘ataf yang dikatakan oleh al-Jubba’I (iaitu pada al-Jubbai Mu’tazilah itu nur dan kitab itu kedua-duanya maksudnya Qur’an)(maka pada al-Alusi, kedua-duanya itu adalah merujuk kepada nabi Muhammad s.a.w.), dan tidak ada syak bahawa sebutan itu tiap-tiap satunya adalah kepada nabi ‘alaihis-salatu was-salam (iaityu Nabi Muhammad), dan kalau anda teragak-agak untuk menerimanya dari segi ibaratnya, maka biarlah anda menerimanya dari segi isyaratnya (pula)…(jilid III,hal.369).

Dalam hubungan dengan ayat yang bermaksud :Tidaklah Kami mengutus engkau 9wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat untuk sekelian alam, al-Alusi dalam Tafsir Ruh al-Ma’ani (jilid IX.hal.99-100) menyatakan seperti berikut:

Hakikat keadaan nabi salla’Llahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat untuk semuanya adalah dengan mengambil kira baginda sebagai perantara (wasitah) untuk limpahan rahmat Ilahi (wasitah al-faid al-Ilahi) atas sekelian makhluk yang ada (al-mumkinat) daripada permulaan lagi; kerana itulah maka nurnya adalah perkara yang mula-mula sekali dijadikan Allah ; dalam hadith ada kenyataan ‘Perkara awal yang dijadikan Allah taala ialah nur nabi engkau, wahai Jabir,’ dan ada hadith “Allah taala Maha pemberi dan aku Pembahagi’. (Allah taala al-Mu’ti wa ana al-Qasim).

Dalam “Tafsir Ruh al-Ma’ani” karangan Al-Alusi rh (men.1170 H.), tentang ayat yang bermaksud “telah datang kepada kamu dari Allah nur dan kitab yang nyata” (15.15), jilid III.369) terdapat penerangan bahawa “nur itu nur (yang agung) , nur dari segala nur , dan nabi yang terpilih-salla’llahu ‘alaihi wa sallam- ini pandangan yang dipegang oleh Qatadah, dan al-Zajjaj (ahli bahasa yang terkenal itu) memilih pendapat ini…Daqn pada sisiku tidak jauh (dari kebenaran) bahawa yang dimaksudkan nur dan kitab yang nyata itu adalah (kedua-duanya merujuk kepada ) nabi salla’llahu ‘alaihi wa sallam, dan penyambung yang digunakan itu adalah seperti penyambung yang dikatakan oleh al-Jubba’I (ulama Mu’tazilah yang terkenal itu) (pada al-Jubba’I kedua-dua nur dan kitab itu merujuk kepada Qur’an , adapun pada al-Alusi kedua-duanya merujuk kepada Nabi Muhammad s.a.w.), dan mungkin anda merasa teragak-agak untuk menedrima pendapat ini dari segi ibaratnya, maka biarkanlah itu jadinya dari segi isyarat (iaitu kalau anda tidak boleh menerima pendapat saya ini dari segi ibaratnya biarlah itu boleh diterima dari segi isayaratnya)…” (ibid.III.369).

Dalam kitab yang sama,(Ruh al-Ma’ani, juz IX.100) berhubung dengan ayat yang bermaksud “Tidaklah kami mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat untuk sekelian alam”, beliau memberi huraian dengan katanya :”Hakikat keadaan Nabi salla’Llahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat untuk semua yangt wujud (“lil-jami’”) itu ialah dengan iktibar bahawa baginda adalah penengah –wasitah- bagi limpahan rahm at Ilahi (“wasitah al-faid al-ilahi”) atas sekelian makhluk (“al-mumkinat”) dari awalnya, dan itu ialah kerana nur baginda salla’Llahu ‘alaihi wa sallam adalah makhluk yang paling awal ; maka dalam hadith dinyatakan “perkara awal yang dijadikan Allah taala ialah nur nabi engkau wahai Jabir…” dan datang hadith yang menyebut “Allah ta’ala adalah Maha pemberi dan aku adalah Pembahagi”.Di kalangan ulama sufiah –Allah menyucikan asrar mereka- ada terdapat huraian berkenaan dengan hal yang demikian itu yang leb ih lagi daripada ini.”

Kemudian al-Alusi rh menukil pendapat ibn al-Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya “ Miftah al-sa’adah”.Katanya “Kalaulah tidak kerana nubuwwat tidak akan ada langsung dalam alam ini ilmu yang bermenafaat, amal salih, dan kebaikan dalam hidup manusia, dan tidak ada asas bagi kerajaan , dan manusia akan berkedudukaun seperti haiwan dan binatang buas serta anjing yang memudaratkan, yang setengahnya berseteru dengan yang lainnya.

Maka setiap perkara kebaikan pada alam ini adalah daripada kesan nubuwwah , dan tiap-tiap keburukan yang berlaku dalam alam atau yang akan berlaku adalah dengan sebab terselindungnya kesan nubuwwah dan pengarjian tentangnya.Maka alam ini adalah seumpamna jasad dan rohnya ialah nubuwwah, maka tanpa rohnya jasad itu tidak akan ada dokongannya; kerana itu (bila tidak ada langsung kesan nubuwwah dan pengajiannya ) buminya akan bergoncang, makhluk yang berada di atasnya akan binasa, maka tidak ada dokongan untuk hidup alam melainkan dengan kesan-kesan nubuwwah (iaitu pengajaran daripadanya). (“Ruh al-Ma’ani”.juz 9, hal.100).

Dalam kitab yang sama, tentang ayat yang bermaksud “gerak-gerimu di kalangan mereka yang sujud” (al-Shu’ara.217-219) , selain daripada maksud bahawa nabi beregerak di kalangan mereka yang sembahyang, dengan da’wahnya dan lainnya, pengarang “Ruh al-Ma’ani” (jilid X.hal.135) menerangkan bahawa: “dan daripada ibn Jubair bahawa maksud mereka itu ialah para anbia ‘a.s.s. , dan makna “melihat gerak-geri engkau sebagaimana gerak-geri mereka yang selain daripada engkau dari kalangan para anbia ‘a.s. dalam mereka menyampaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, sebagaimana yang kamu lihat”, dan tafsir tentang “mereka yang sujud” itu para anbia, diriwayatkan oleh satu jemaah, antara mereka ialah Tabarani, al-Bazzar, dan Abu Nu’aim , dari ibn ‘Abbas juga , melainkan bahawa beliau itu –Allah meredhainya- menafsirkan “gerak-geri engkau di kalangan mereka” itu sebagai bermakna berpindah-pindahnya baginda (sebagaqi Nur Muhammad-uem) dalam sulbi-sulbi mereka sehingga bondanya melahirkannya –alaihis-salatu wassalam- …’(ibid.X.135)

Dalam Tafsir al-Wajiz fi Tafsir al-Qur’an al-‘Aziz karangan al-Imam Abul-Hasan ‘Ali bin Ahmad al,-Wahidi (men.468 H.) berkenaan dengan ayat yang bermaksud Telah datang kepada kamu dari Allah cahaya dan Kitab yang nyata, katanya nur ya’ni Nabi salla’Llahu ‘alaihi wa sallam dan Kitab yang nyata ya’ni Qur’an …(Jilid II hal.196.

Demikian juga dalam Al-Tafsir al-Munir li-Ma’alim al-Tanzil al-Musamma Mirah Labid li-Kashfi Ma’na Qur’an Majid oleh Shaikh Nawawi al-Bantani (dan beliau ulama Nusan tara, dari Bentan yang terkenal dalam abad ke-19) -di tepinya Tafsir al-Wajiz karangan al-Wahidi- jilid II hal. 196 ada dinyatakan:

Ayat yan g bermaksud Telah datang (…dari Allah kepada kamu nur) yaitu Rasul iaitu Muhammad salla’Llahu ‘alaihi wa sallam ( dan Kitab yang nyata) iaitu Qur’an…

Dan dalam Tafsir yang sama, berhubungan dengan ayat yang bermaksud :dan pergerakan kamu di kalangan mereka yang sujud,yaitu Ia melihat gerak-geri kamu dalam sembahyang dengan kiyam dan ruku’ dan sujud serta duduk bersama-sama mereka yang semb ahyang bila engkau menjadi imam dalam berjemaah dengan mereka , dan dikatakan dan Ia melihat engkau berpindah –pindah dalam sulbi para mu’minin dan mu’minat , semenjak dari Adam dan Hawa sampai kepada ‘Abdullah dan Aminah ; maka semua nenek moyang dan ibu bapa penghulu kita Muhammad saqlla’Llahu ‘alaihi wa sallam lelaki dan perempuan, tidak termasuk syirik ke dalamdiri mereka kesyirikan selama mana Nur Muhammad (al-Nur al-Muhammadi) dalam lelaki dan perempuan itu, maka bila berpindah (nur itu) daripadanya kepada orang yang kemudiannya, maka m ungkin orang itu menyembah yang selain daripada Allah, dan Azar (bapa nabi Ibrahim) tidak menyembah berhala melainkan selepas berpindah Nur itu kepada Ibrahim, adapun sebelum berpindahnya (kepada Ibrahim) ia tidak menyembah selain dari Allah…(ibid.II.119).

Hadith berkenaan dengan Nur:

Tentang hadith berkenaan dengan Nur itu antara yang boleh dikemukakan ialah:

Dalam Kitab “Kashf al-Khafa’ wa Muzil al-Ilbas ‘Amman Ishtahara min al-Ahadith ‘Ala Alsinatin-Nas’ oleh al-‘Ajluni (men.1162 Hijrah):

(827 – أول ما خلق اللهُ نورُ نبِيكِ يا جابر – الحديث

رواه عبد الرزاق بسنده عن جابر بن عبد الله بلفظ قال قلت‏:‏ يا رسول الله، بأبي أنت وأمي، أخبرني عن أول شيء خلقه الله قبل الأشياء‏.‏ قال‏:‏ يا جابر، إن الله تعالى خلق قبل الأشياء نور نبيك من نوره، فجعل ذلك النور يدور بالقُدرة حيث شاء الله، ولم يكن في ذلك الوقت لوح ولا قلم ولا جنة ولا نار ولا ملك ولا سماء ولا أرض ولا شمس ولا قمر ولا جِنِّيٌ ولا إنسي، فلما أراد الله أن يخلق الخلق قسم ذلك النور أربعة أجزاء‏:‏ فخلق من الجزء الأول القلم، ومن الثاني اللوح، ومن الثالث العرش، ثم قسم الجزء الرابع أربعة أجزاء، فخلق من الجزء الأول حَمَلَة العرش، ومن الثاني الكرسي، ومن الثالث باقي الملائكة، ثم قسم الجزء الرابع أربعة أجزاء‏:‏ فخلق من الأول السماوات، ومن الثاني الأرضين، ومن الثالث الجنة والنار، ثم قسم الرابع أربعة أجزاء، فخلق من الأول نور أبصار المؤمنين، ومن الثاني نور قلوبهم وهى المعرفة بالله، ومن الثالث نور إنسهم وهو التوحيد لا إله إلا الله محمد رسول الله‏.‏ الحديث‏.‏ كذا في المواهب‏.‏(

Hadith yang bermaksud: “Yang pertama dijadikan Allah ialah nur Nabi engkau, wahai Jabir”. Diriwayatkan oleh ‘Abd al-Razzaq dengan sanadnya daripada Jabir bin ‘Abd Allah dengan lafaz: Katanya: Aku berkata: Wahai Rasulullah, bapa dan bonda hamba menjadi tebusan tuan, beritahu kepada hamba tentang perkara terawal yang dijadikan Allah sebelum segala sesuatu. Jawab baginda: Wahai Jabir, sesungguhnya Allah jadikan sebelum segala sesuatu nur Nabi engkau daripada NurNya , kemudian Ia jadikan nur itu berkisar dengan kudrat cara yang dikehendakiNya, walhal dalam masa itu tiada Lauh (Lauh Mahfuz), tiada Qalam, Syurga dan Neraka, tiada malaikat, langit, bumi, matahari, bulan, jin dan manusia. Maka bila Allah kehendaki menjadikan sekelian makhluk ia membahagikan Nur itu kepada empat bahagian, daripada juzu’ pertama ia jadikan al-Qalam, daripada yang kedua Ia jadikan Lauh (Lauh Mahfuz), daripada yang ketiga Ia jadikan ‘Arasy, kemudian Ia membahagikan pula juzu’ yang keempat itu kepada empat bahagi , maka daripada juzu’ yang pertyama Ia jadikan malaikat penanggung ‘Arasy, daripada juzu’ yang kedua Ia jadikan Kursi, daripada yang ketiga Ia jadikan malaikat yang baki lagi.Kemudian Ia membahagikan lagi juzu’ yang keempat itu kepada empat bahagi yang pertamanya dijadikan langit-langit, yang keduanya bumi-bumi, yang ketiganya Syurga dan Neraka.Kemudian yang keempatnya dibahagikan kepada empat bahagian : yang pertamanya dijadikanNya nur pandangan mata Muslimin, daripada yang kedua cahaya hati mereka, ia ma’rifat terhadap Allah,daripada yang ketiga dijadikanNya nur kejinakan mereka (dengan Tuhan) iaitu ‘tiada Tuhan melainkan Allah, Muhammad Rasulullah’, demikian hadith dalam “al-Mawahib”( iaitu al-Mawahib al-Laduniyyah karangan ahli hadith al-Qastallani yang terkenal sebagai rujukan itu).

Dan seterusnya:

وقال فيها أيضا‏:‏ واختُلِف هل القلم أول المخلوقات بعد النور المحمدي أم لا‏؟‏ فقال الحافظ أبو يعلى الهمداني‏:‏ الأصح أن العرش قبل القلم، لِما ثبت في الصحيح عن ابن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‏:‏ قدر الله مقادير الخلق قبل أن يخلق السماوات والأرض بخمسين ألف سنة، وكان عرشه على الماء، فهذا صريح في أن التقدير وقع بعد خلق العرش، والتقدير وقع عند أول خلق القلم، فحديث عبادة بن الصامت مرفوعا ‏”‏أول ما خلق الله القلم، فقال له أكتب، فقال رب وما أكتب‏؟‏ قال أكتب مقادير كل شيء‏”‏ رواه أحمد والترمذي وصححه‏.‏

وروى أحمد والترمذي وصححه أيضا من حديث أبي رزين العقيلي مرفوعا‏:‏ إن الماء خلق قبل العرش‏.‏

وروى السدي بأسانيد متعددة إن الله لم يخلق شيئا مما خلق قبل الماء، فيجمع بينه وبين ما قبله بأن أولية القلم بالنسبة إلى ما عدا النور النبوي المحمدي والماء والعرش انتهى

Ia menyatakan berkenaan dengan yang demikian juga: Diperselisihkan adakah Qalam makhluk terawal selepas daripada nur Muhammad atau tidak? Al-Hafiz Abu Ya’la al-Hamadani : yang asah ialah ‘Arasy sebelum daripada Qalam, mengikut riwayat yang sabit dalam kitab “Sahih” dari ibn ‘Umar; katanya : Sabda Rasulullah s.a.w :Allah menentukan takdir bagi sekelian makhluk sebelum Ia menjadikan langit-langit dan bumi lima puluh ribu tahun, ‘Arasynya atas air; ini sarih atau nyata dalam perkara takdir berlaku selepas daripada penciptaan ‘Arasy; takdir ada pada awal mula tercipta Qalam; maka hadith ‘Ub adah bin al-samit , marfu’, “Awal diciptakan Allah ialah Qalam, kemudian Ia berfirman: Tulislah, kata Qalam: Apakah yang hamba (hendak) tulis? FirmanNya, “Tulislah takdir segala sesuatu” (Riwayat oleh Ahmad dan Tirmidhi; dianggapnya sahih).

Dan diriwayat oleh Ahmad dan Tirmidhi, dianggapnya sahih juga, dari hadith Abu Razin al-‘Uqaili, marfu’, “Bahawa air dicipta sebelum daripada ‘Arasy”.

Dan al-Suddi meriwayatkan dengan sanad-sanad yang berbilang bahawa Allah tidak menjadikan sesuatu sebelum daripada penciptaan air, maka boleh dihimpunkan antgara ini dan apa yang sebelumnya bahawa keawalan Qalam dalam hubungan dengan yang selain daripada Nur Muhammad, Air, dan ‘Arasy.Habis.

Dan yang menyebut kejadian yang pertama itu “al-Qalam” ialah:

824– أول ما خلق الله القلم‏.‏

رواه أحمد والترمذي وصححه عن عبادة بن الصامت مرفوعا بزيادة فقال له أكتب، قال رب وما أكتب‏؟‏ قال أكتب مقادير كل شيء،

قال ابن حجر في الفتاوى الحديثية قد ورد أي هذا الحديث بل صح من طرق، وفي رواية إن الله خلق العرش فاستوى عليه، ثم خلق القلم فأمره أن يجري بإذنه، فقال يا رب بم أجري‏؟‏ قال بما أنا خالق وكائن في خلقي من قطر أو نبات أو نفس أو أثر أو رزق أو أجل، فجرى القلم بما هو كائن إلى يوم القيامة، ورجاله ثقات إلا الضحاك بن مزاحم فوثقه ابن حبان وقال لم يسمع من ابن عباس، وضعفه جماعة، وجاء عن ابن عباس رضي الله عنهما موقوفا عليه‏:‏ إن أول شيء خلقه الله القلم، فأمره أن يكتب كل شيء ورجاله ثقات،

وفي رواية لابن عساكر مرفوعة إن أول شيء خلقه الله القلم، ثم خلق النون، وهي الدواة، ثم قال له اكتب ما يكون أو ما هو كائن – الحديث

وروى ابن جرير أنه صلى الله عليه وسلم قال ‏{‏ن ‏(‏في الأصل ‏(‏نون‏)‏ مكان ‏(‏ن‏)‏‏)‏ والقلم وما يسطرون‏}‏ قال لوح من نور، وقلم من نور، يجري بما هو كائن إلى يوم القيامة انتهى

824. Perkawa terawal dijadikan Allah ialah Qalam.

Riwayat Ahmad dan Tirmidhi, dikatakannya sahih, dari ‘Ubadah bin al-samit, marfu’, dengan tambahan , Ia berfirman:”Tulislah”, kata (Qalam)”Apakah yang hamba (akan) tulis?” FirmanNya:”Tulislah takdir segala sesuatu”.

Kata ibn Hajar dalam “al-Fatawi al-hadithah” :”Datang riwayat , iaitu hadith ini, bahkan ia sahih daripada beberapa jalan, dan dalam riwayat “Allah menjadikan ‘Arasy kemudian Ia beristiwa atasnya, kemudian Ia menjadikan Qalam, kemudian Ia memerintah supaya menulis dengan izinNya, katanya: Apakah yang hamba (akan) tulis? FirmanNya :tentang apa yang Aku jadikan dan yang ada dalam makhlukKu, terdiri daripada titik hujan, tumbuhan, nafas, bekas, rizki, atau ajal; maka Qalampun menulis tentang apa yang ada sampai ke Hari Kiiamat. Rijalnya atau periwayatnya adalah mereka yang dipercayai (rijaluhu thiqat), melainkan Qahhak bin Muzahim, tetapi ibn Hibban menganggapnya boleh dipercayai, katanya ia tidak mendengar daripada ibn ‘Abbas, dan satu kelumpuk menganggapnya dhaif; dan datang riwayat daripada ibn ‘Abbas –Allah meredhai keduanya-maukuf atasnya: Perkara awal yang dijadikanNya Qalam, kemudian Ia menyuruhynya menulis; para periwayatnya boleh dipercayai (rijaluhu thiqat).

Dan dalam riwayatn ibn ‘Asakir, marfu’, bahawa perkarea awal yang dijadikan Allah ialah Qalam, kemudian “Nun”, bekas dakwat, kemudian firmanNya, Tulislah, apa yang akan ada dan yang ada.

Dan diriwayatkan oleh ibn Jarir b ahawa baginda s.a.w. bersabda: Nun, , Demi Qalam dan apa yang mereka tulis.katanya: Lauh daripada nur, Qalam daripada nur, yang menulis tentang apa yang ada sehingga hari Kiamat.

Seterusnya dalam teks yang sama ada riwayat seperti berikut:

وفى النجم روى الحكيم الترمذي عن أبي هريرة أن أول شيء خلق الله القلم، ثم خلق النون وهي الدواة، ثم قال له أكتب، قال وما أكتب، قال أكتب ما كان وما هو كائن إلى يوم القيامة وذلك قوله تعالى ‏{‏ن والقلم وما يسطرون‏}‏ ثم ختم على فم القلم فلم ينطق ولا ينطق إلى يوم القيامة، ثم خلق الله العقل، فقال وعزتي وجلالي لأكْمِلَنَّكَ فيمَن أحببتُ، ولأنْقُصَنَّكَ فيمن أبغضت، وقال اللقاني ‏(‏في الأصل ‏(‏اللاقاني‏)‏‏)‏ في شرح جوهرته‏:‏ القلم جسم نوراني خلقه الله، وأمره بِكَتْبِ ما كان وما يكون إلى يوم القيامة، وتمسك عن الجزم بتعيين حقيقته، وفي بعض الآثار أول شيء خلقه الله القلم، وأمره أن يكتب كل شيء، وفي بعضها إن الله خلق اليراع، وهو القصب ثم خلق منه القلم، وفي رواية أول شيء كتبه القلم أنا التواب أتوب على من تاب انتهى‏.‏

Dalam “al-Najm”, al-Hakim al-Tirmidhi meriwayatkan dari Abu Hjurairah, bahawa “Perkara awal yang dijadikan Allah ialah Qalam; kemudian Nun, iaitu Bekas Dakwat, kemudian firmanNya; Tulislah, katanya :Apakah yang hamba (akan) tulis? FirmanNya : Tulislah apa yang ada, dan yang akan ada sampai ke Hari Kiamat.Itulah firmannya:Nun.Demi Qalam dan apa yang mereka tulis.Kemudian dikhatamkan atas mulut Qalam, lalu ia tidak berkata-kata, tidak berkata-kata sampai Kiamat.Kemudian Allah jadikan akal, Kemudian firmanNya; Demi KekuasaanKu dan KehebatranKu, Aku akan sempurnakan engkau dalam kalangan yang aku kasihi.Dan aku akan kurangkan engkau dalam kalangan mereka yang aku murkai.

Kata al-Laqqani dalam Syarah Jauharahnya: Qalam adalah jisim nurani (daripada nur), yang dijadikan Allah, lalu Ia perintahkan supaya ia menulis apa yang ada dan yang akan ada sampai Kiamat; ia tidak menjazamkan untuk menentukan hakikatnya; dalam setengah athar, perkara terawal yang Allah jadikan ialah Qalam, kemudian diperintahnya menulis tiap-tiap sesuatu, dalam setengah athar Allah menjadikan “yara” (seperti Qalam), atau Qasab, seperti Batang, kemudian dijadikan daripadanya Qalam.Dalam satu riwayat perkara awal yang ditulisman oleh Qalam ialah ‘Aku Maha penerima taubat, Aku menerima taubat mereka yang bertaubat’.Habis.

(al-‘Ajluni, dalam “Kashf al-Khafa’ wa Muzil al-Ilbas…”, http://www.alelman.com/Islamlib/viewchp.asp?BID=143&CID=22#s1)

Dalam Kitab “Nazm al-Mutanathir min al-Hadith al-Mutawatir” oleh Imam Muhammad bin Ja’far al-Kattani rh, dalam ‘kitab al-iman sampai kitab al-manaqib’, no.194 di bawah hadith:”awwalu ma khalaqa’Llah”, terdapat kenyataan:

194- أول ما خلق اللّه

– ذكر الأمير في مبحث الوجود من حواشيه على جوهرة اللقاني أنها متواترة‏.‏

‏(‏قلت‏)‏ ورد في بعض الأحاديث أن أول ما خلق اللّه ‏(‏1‏)‏ النور المحمدي وفي بعضها ‏(‏2‏)‏ العرش في بعضها ‏(‏3‏)‏ البراع أي القصب وصح حديث أول ما خلق اللّه ‏(‏4‏)‏ القلم وفي غيره أول ما خلق اللّه ‏(‏5‏)‏ اللوح المحفوظ وجاء بأسانيد متعددة ‏(‏6‏)‏ أن الماء لم يخلق قبله شيء وفي بعض الأخبار ‏(‏7‏)‏ أن أول مخلوق الروح وفي بعضها ‏(‏8‏)‏ العقل إلا أن حديث العقل فيه كلام لأئمة الحديث بعضهم يقول هو موضوع وبعضهم ضعيف فقط*

وأجيب عن التعارض الواقع فيها بأن أولية النور المحمدي حقيقية وغيره إضافية نسبية وأن كل واحد خلق قبل ما هو من جنسه فالعرش

Al-Amir dalam bahas berkenaan dengan wujud, dalam syarahnya ke atas “Jauharah al-Laqqani”, bahawa hadith tentang itu m utawatir.Pen garang itu menyatakan bahawa ia berkata);

Datang riwayat dalam setengah hadith tentang perkara awal yang dijadikan itu (1)Nur Muhammad, dalam setengahynya (2) ‘Arasy, dalam setengahnya pula (3) “al-yara “ iaitu qasab, Batang, dan sah hadith tentang perkara awal yang dijadikan Allah Qalam, dalam yang lain dinyatakan awal yang dijadikan Allah (4) Qalam, dalam yang lain pula awal dijadikanNya ialah (5) alo-lauh al-mahfuz, dan danatng dalam berbilang sanad bahawa ia (6) Air, dan tidak dijadikan sesuatu sebelum daripadanya; dalam setengah riwayat (al-akhbar) ia (7) awal makhluk ialah ruh, dalam setengahnya (8) ‘Akal, melainkan hadith tentang akal di dalamnya ada kenyataan para imam hadith, setengahnya menyatakan maudhu’, setangahnya menyatakjan daif sahaja.

Katanya: boleh dijawab berkenaan dengan percanggahan yang ada ini, bahawa nur Muhammad itu awal hakiki, yang lainnya awal secara idafi, atau bandingan, secara nisbah, tiap-tiap satu daripada (yang lainnya ) dijadikan sebelum daripada yang terdiri daripada jenisnya; maka ‘Arasy sebelum daripada jisim-jisim yang kasar, akal sebelum daripada jisim-jisim yang halus (latif), ‘yara’ awal daripada makhluk tumbuhan (nabatiah), demikianlah.Allah Maha Mengetahui. ( Dari “Nazm al-Mutanathir min al-hadith al-Mutawatir”, dari kitab al-iman sampai kepada kitab al-manaqib, -491 dalam http://www.al-eman.com/Islamlib/viewchp.asp?BID=144&CID=10#s7 )

Dalam “Al-Mawahib al-Ladunniyyah bil-Minah al-Muhammadiyyah” (2 jilid), karangan Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakr al-Khatib al-Qastallani (men.923 Hijrah) , dalam jilid pertama halaman 5 terdapat kenyataan:

Ketahuilah wahai pembaca yang mempunyai akal yang sejahtera dan yang bersifatdengan sifat-sifat kesempurnaan dan kelengkapan –mudah-mudahan Allah memberi taufik kepadaku dan kepada anda-dengan hidayah kepada Jalan Yang Lurus bahawa sesungguhnya bila berlakulah (lit.bergantunglah) Iradat Allah taala untuk mengadakan makhluknya dan menentukan rezekinya, maka Ia menzahirkan hakikat Muhammadiyyah daripada Nur-Nur Samadiyyah dalam hadhrat Ahadiyah(Nya) , kemudian Ia menjadikan alam-alam, semua sekali, alam tingginya dan alam rendahnya dalam rupa bentuk hukumNya sebagaimana yang telah terdahulu ada dalam IradatNya dan IlmuNya yang terdahulu (dari Azali lagi), kemudian Ia mem beritahu tentang kenabiannya dan berita baiknya dengan kerasulannya ini, walhal Adam masih belum ada, sebagaimana yang dinyatakannya bahada Adam adalah antara ruh dan jasad.

Kemudian terpancarlah daripadanya –salla’Llahu ‘alaihi wa sallam- ‘ain sekelian arwah, maka zahirlah Al-Mala’ al-A’la dengan mazhar yuang paling hebat, maka bagi mereka itu ada jalan yang paling manis, ia salla’Llahu ‘alaihi wa sallam, jenis tinggi, mengatasi segala jenis m akhluk, ia Bapa Tearagung bagi sekelian yang maujud dan manusia (sekelian).

Maka bila habislah masa dengan nama batinnya, dalam hubungan dengan hak salla’Llahu ‘alaihi wa sallam (untuk ) wujud dalam rupa jisimnya, dan berkaikt ruh dengan jasadnya, berpindahlah hukum zaman kepada nama zahirnya, maka zahirlah Muhammad salla’llahu ‘alaihi wa sallam dengan keseluruhan jasad dan ruhnya walaupun terkemudian jasadnya (zahir) anda mengetahui tentang nilainya, (iaitu) ia adalah khizanah atau perbendahraan rahasia dan pusat berlakunya perintah; maka tidak lulus perintah melainkan daripadanya; tidak berpindah kebaikan melainkan daripadanya…Dikeluarkan riwayat hadith oleh Imam Muslim dalam kitab ‘Sahih’nya dari hadith ‘Abdullah bin ‘Umar dari Nabi s.a.w. bahawa baginda bersabda: ‘Sesungguhnya Allah menentukan takdir bagi sekelian makhluk sebelum Ia menjadikan langit dan bumi selama lima puluh ribu tahun, dan ‘ArasyNya di atas air

…Dan dari “Irbad bin Sariyah dari Nabi s.a.w. ‘Sesungguhnya aku di sisi Allah sebagai khatam al-Nabiyyin-penutup sekelian nabi-walhal Adam masih terbujur dalam tanahnya(sebelum roh ditiupkan ke dalamnya);’ riwayat Ahmad dan Baihaqi serta al-Hakim.Kata al-Hakim isnadnya sahih.

Seterusnya kata beliau :Dari Maisarah al-Dabbi katanya, bahawa katanya: ‘Aku berkata, wahai rasulul.lah, bilakah tuan hamba menjadi nabi? jawabnya s.a. w. bersabda: ‘ Waktu Adam masih antara ruh dan jasad.’ Ini lafaz riwayat Ahmad dan al-Bukhari dalam ‘;Tarikh’nya serta Abu Nu’aim dalam “al-Hilyah”, al-Hakim menyatakan ia sahih.

Selepas menyebut beberapa hadith lagi berkenaan dengan tajuk ini, Qastallani memberi huraian berkenaan dengan maksud hadith-hadith itu katanya:

Maka boleh diihtimalkan hadith itu (tentang Nabi Muhammad sudah nabi walhal Adam masih antara roh dan jasad) serta dengan riwayat al-‘Irbad bin Sariyah tentangt wajibnya kenabian bagi baginda dan sabitnya , kemudian zahirnya pula ke alam nyata.Sesungguhnya penulisan( al-kitabah) digunakan dalam sesuatu yang wajib; firman Allah ta’ala (maksud)’Diwajibkan atas kamu (lit.dituliskan) puasa ‘ dan ‘Allah mewajibkan (lit.Allah menulis) bahawa Aku akan benar-benar mengatasi’.Dan dalam hadith dari Abu Hurairah (dinyatakan) bahawa mereka (iaitu para Sahabat) bertanya bilakah diwajibkan kenabian bagi tuan hamba? Baginda menjawab:’(Waktu) Adam masih antara roh dan jasad’.Riwayat Tirmidhi , katanya hadith hasan sahih.

Kemudian Qastallani menyebut riwayat dalam ‘Amali ibn Sahalal-Qattan’ dari Sahal ibn Salih al-Hamadhani katanya: Aku bertanya kepada Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali bagaimana nabi Muhammad menjadi nabi yang mendahului para anbia walhal baginda terakhir dibangkitkan.Kata beliau: ‘Sesungguhnya Allah ta’ala –bila Ia men gambil dari anak Adam dari zuriat mereka dari belakang merekadan menjadikan mereka menjadi saksi atas diri mereka, ‘Tidakkah Aku Tuhan kamu?’ adalah nabi Muhammad orang yang pertama yang mengatakan ‘Ya, ‘ kerana itu baginda menjadi terdahulu darei sekelian anbia walhal ia terakhir dibangkitkan (dalam sejarah dunia). Kalau anda berkata: ‘Nubuwwah adalah satu sifat yang mesti ada orang yang disifatkan itu, walhal sesungguhnya beliau itu ada hanya selepas sampai umnur empat puluh tahun, maka bagaimanakah disifatkan beliau itu sebelum wujudnya dan sebelum ia diutus sebagai rasul? Maka boleh diberikan jawapan bahawa al-Ghazali dalam’ kitab al-nafkh wa al-taswiyah’ berkenaan dengan hal ini dan berkenaan dengan hadith ‘ Aku nabi terawal dari segi penciptaan dan terakhir dari segi dbangkitkan (dalam sejarah), bahawa maksud ‘penciptaan’ (al-khalq) di sini ialah takdir atau penetapan bukannya mengadakan (‘’al-taqdir duna al-ijad’) ; maka baginda itu sebelum bondanya melahirkannya tidak wujud sebagai makhluk, tetapi (wujud) dalam bentuk matlamat-matlamat dan aspek-aspek kesempurnaan (‘al-ghayat wa al-kamalat’) yang mendahului dalam takdir yang mengikutinya dalam wujud.Inilah makna kata-kata mereka (yang bijaksana):’Awal fikiran ialah akhir amalan, dan akhir amalan adalah awal fikiran” (‘awwal al-fikrah akhir al-‘amal wa akhir al-‘amal awwal al-fikrah’).

Kemudian dalam memberi huraian tentang perkara ini beliau menyebut berkenaan dengan jurutera yang mempunyai konsep dan rupa bentuk (‘surah’) awal tentang bangunan yang hendak dibinanya dalam mindanya, dengan rupa bentuk yang lengkap sempurna (‘dar kamilah’) ; itulah yang ada dalam ‘takdir’ atau ketetapannya.Itulah yang ada kemuydiannya yyang zahir sebagai hasil daripada amalannya.Maka bangunan yang len gkap sempurna itu yang terawal dalam ‘takdir’nya, dan itulah yang terakhir dari segi wujudnya.Demikianlah-kiasnya- hadith ‘Aku nabi ‘ itu isyarat kepada apa yang dinyatakan, iaitru nabi dalam ‘takdir’ Ilahi sebelkum sempurna penciptaan Adam a.s., kerana tidaklah diciptakan Adam melainkan untuk dikeluarkan daripada zuriatnya Mujhammad s.a.w.

Kemudian beliau menyatakan bahawa ‘hakikat ini tidak boleh difahami melainkan dengan mengetahui bahawa rumah atau bangunan itu ada dua wujud, satu wujud dalam minda jurutera dan otaknya, dan ia melihat kepada rupa bentuk rumah di luar daripada minda dalam zat-zat (al-a’yan’) dan wujud zihin adalah sebab bagi wujud yang zahir di luar zihin yang boleh dipandang dengan mata, dan itu mesti mendahului.Demikianlah- hendaklah anda ketahui- bahawa Allah menentukan takdir , kemudian Ia mengadakan mengikut persepakatan dengan takdir…(Dalam ‘al-Mawahib al-Laduniyyah’juz I hal.7).

Selepas daripada ini beliau menyebut hadith-hadith berkenaan dengan awalnya Nur Muhammad s.a.w. dan bagaimana perkara-perkara lain dijadikan daripadanya.(Al-Mawahib al-laduniyyah,juz I hal 7 dst)

.

Tentang kedudukan ‘Abd al-Razzaq sebagai sandaran tentang hadith berkenaan dengan Nur Muhammad s.a.w. sebagai punca penciptaan segala, itu nampaknya tidak menjadi masalah, memandangkan antaranya al-Bukhari mengambil daripadanya 120 riwayat dan Muslim mengambil 400 riwayat. (GF Haddad, “Light of the Full Moon”, dalam http://www.abc.se/~m9783/fiqhi/fiqha_e30.html).

Dalam hubungan dengan ‘Abd al-Razzaq, ada kenyataan dalam kitab Al-Risalah al-Mustatrafah li Bayan Mashhur Kutub al-Sunnah al-Musharrafah,karangan Maulana al-Imam al-Sayyid Muhammad Ja’far al-Kattani (Maktab al-Kulliyat al-Azhariyyah-Qahiran, tranpa tarikh) pada halaman 13 bahawa Musannaf Abi Bakr ‘Abd al-Razzaq bin Humam bin Nafi’ al-Humairi meninggal tahun 211 Hijrah adalah lebih kecil daripada Musannaf ibn Abi Shaibah,disusun mengikut kiktab-kitab dan bab-bab.Dan Jami’ ‘Abd al-Razzaq yang selain daripada ‘Musannaf’ adalah kitab yang terkenal jami’ yang besar dan kebanyakan daripada hadith-hadithnya dikeluarkan oleh Syaikhan (Bukhari dan Muslim) dan empat imam hadith Dengan itu beliau menerima ‘Abd al-Razzaq dengan baik sebagai muhaddith..

Seterusnya, dalam kitab Al-Shifa karangan Qadhi ‘Iyad rahimahu’Llah , terdapat kenyataan dari Ibn ‘Abbas rd. bahawa nabi s.a.w. adalah ruhnya itu berada di sisi Allah sebelum Ia menjadikan Adam a.s. selama dua ribu tahun, bertasbih nur itu sebagai malaikat bertasbih; daripadanya dijadikan Adam a.s.Bila Adam dijadikan maka nur itu diletakkan pada sulbinya.Sabda nabi s.a.w.Kemudian Allah turunkan aku ke bumi dalam sulbi Adam , kemudian dijadikan aku dalam sulbi Nuh, sulbi Ibrahim, kemudian tidak berhenti-henti Allah memindahkan aku dari sulbi-aulbi mereka yang mulia-mulia dan rahim-rahim para wanita yang suci, sehinggalah Ia keluarkan daku dari kedua ibu bapaku, yang mereka itu tidak terkena kekejian sedikitpun.Yang men jadi saksi tentang sahihnya kisah dan khabar ini ialah sya’ir al-‘Abbas yang masyhur yang memuji nabi s.a.w.(Kitab al-Shifa, oleh Qadhi ‘Iyad, I, hal.83).

Dalam hubungan dengan ayat yang bermaksud :”dan mengetahui tentang gerak-geri engkau dalam kalangan mereka yang sujud”, kata ibn ‘Abbas rd maknanya “dari seorang nabi kepada seorang nabi sehingga Aku keluarklan engkau sebagai nabi (di zaman engkau dibangkitkan).” (Qadi ‘Iyad, al-Shifa, I.halaman 15-16).

Dalam hubungan dengan ayat yang bermaksud: Allah adalah cahaya langit dan bumi , kata Ka’b al-Akhbar dan ibn Jubair maksud nur yang kedua itu, iaitu mithalan bagi nurnya, ialah Muhammad salla’Llahu ‘alaihi wa sallam.Maka mithalan bagi nurnya ialah Nur Muhammad s.a.w.Ia di pertaruhkan ke dalam sulbi-sulbi para anbia seperti ceruk cahaya (ka mishkat) sifatnya sedemikian, dan lampu (al-misbah) adalah kalbunya, kaca (al-zujajah) ialah dadanya: iaitu ia seumpama bintang kerana apa yang ada padanya terdiri daripada iman dan hikmah kebijaksanaan , yang dinyalakan daripada pokok yang diberkati, iaitu daripada Nur Ibrahim ‘alaihis-salam; diumpamakan sebagai pokok yang diberkati; hampir-hampir minyaknya menyala iaitu hampiur-hampir nubuwwah nabi Muhammad itu …nyata kepada manusia sebelum daripada kata-katanya, seumpama minyak…(al-Shifa,I.hal.17-18).

Berhubungan dengan nur nabi ini dinyatakan dalam Al-Shifa.I.366:

Daripada yang demikian itu ialah zahir tanda-tanda pada waktu kelahiran Nabi s.a.w. dan apa yang dikisahkan oleh bondanya dan apa yang ada pada wakltu itu yang ajib-ajib , bagaimana ia mengangkat kepalanya waktu kelahirannya memandang ke langit , dan ada yang bondanya lihat nur yang keluar sewaktu baginda dilahirkan ; (juga) apa yang dilihat oleh Umm ‘Uthman ibn Abi al-‘As tentang bintang turun dan kemunculan nur sewaktu kelahiran baginda sehingga sehingga tidak terlihat melainkan nur, dan kenyataan al-Shafa Umm ‘Abd al-rahman bin ‘Auf : Bila keluar Rasulullah s.a.w….baginda Rasulullah s.a.w. …ia mendengar suara ‘Allah memberi Rahmat kepada anda dan cerah nyata bagiku antara Timur dan barat sehingga aku melihat istana-istana Rum” (ibid).

Dalam kitab al-Madkhal oleh ibn al-Hajj terdapat beberapa riwayat berkenaan dengan Nur Muhasmmad ini. Antaranya terdapat riwayat, iaitu:Dinukilkan oleh al-Imam ‘Abd al-Rahman al-Siqilli rahimahu’Llahu ta’ala dalam kitab ‘al-dalalat ‘ baginya , yang lafaznya ialah: Sesungguhnya Allah tidak menjadikan makhluk yang paling dicintai olehNya yang lebih lagi daripada umat ini; dan tidak ada yang lebih mulia lagi daripada nabinya salla’Llahu ‘alaihi wa sallam; kemudian para nabi selepas daripadanya, kemudian siddiqin, kemudian para aulia yang terpilih.Dan (berkaitan dengan) demikian itu sesungguhnya Allah menjadikan Nur Muhammad salla’llahu ‘alaihi wa sallam sebelum daripada dijadikan Adam selama dua ribu tahun, dijadikanNya dalam bentuk tiang di hadapan ‘Arasynya ia bertasbih kepada Allah dan mentakdiskanNya ; kemudian Ia menjadikan Adam ‘alaihis-salatu was-salam, daripada Nur Muhammad s.a.w. dan dijadikanNya nur para nabi ‘alaihimus-salatu wassalam daripada Nur Adam ‘alaihis-salam, habis. (al-Madkhal ibn al-Hajj.II.28).

Seterusnya dalam al-Madkhal .II.29 terdapat riwayat:

Al-Faqih al-Khatib Abu al-Rabi’ memberi isyarat dalam kitabnya ‘Shifa’ al-Sudur’ kepada beberapa perkara yang hebat dan agung; antaranya apa yang diriwayat , iaitu bila Allah Yang Maha Bijaksana hendak menjadikan zat nabi salla’Llahu ‘alaihi wa sallam yang diberkati dan such, Ia memerintah Jibril a.s. turun ke bumi dan membawa dengannya bumi yang menjadi jantung bagi bumi, dengan kegemilangannya dan nurnya…(sampai kepada penciptaan nur Muhammad) dan nur Muhammad itu bergemilang di belakang Adam, maka para malaikat berdiri di belakang Adam melihat nur Muhammad salla’llahu ‘alaihi wa sallam …kemudian Adam memohon supaya nur itu diletakkan supaya ia sendiri boleh melihatnya, maka Allah men jadikan Adam boleh melihatnya…itu dengan isyarat ‘la ilaha illa’llah’\ Muhammadun Rasulu’Llah dan sembahyang (dengan melihat kepada jari telunjuknya)…kemudian njur itu diletakkan di dahi Adam kelihatan seperti matahari dalam pusingan falaknya atau bulan dalam masa penuhnya (al-Madkhal ibn al-Hajj.II.30)

Dalam kitab yang sama disebut bagaimana pertkara yang mula-mula dijadikan Allah ialah Nur Muhammad dan kemudian daripadanya dijadikan sekelian yang lainnya.

Berhubungan dengan Nur Muhammad ini terdapat kenyataan dalam kitab Hujjatu’Llah ‘alal-‘Alamin fi Mu’jizati Sayyidil-Mursalin oleh Syaikh Yusuf al-Nabhani. Katanya:

Maka tidak dikurniakan kemuliaan (‘karamah’) dan kelebihan (‘fadhilah’) kepada seseorang dari kalangan mereka (iaitu dari kalangan anbia) melainkan dikurniakan kepada baginda salla’Llahu ‘alaihi wa sallam yang sepertinya. Maka Adam ‘alaihis-salam diberikan Allah kurnia, iaitu ia dijadikan Allah dengan TanganNya , maka Allah kurniakan pula kepada nabi Muhammad salla’llahu ‘alaihi wa sallam pembukaan dadanya dan pengambilannya rapat denganNya dengan melapangkan dadanya bagi DiriNya dan dijadikan di dalamnya iman dan hikmah kebijaksanaan, dan ini akhlak nabawi; maka kurniaan kepada Adam khalq wujud (baginya) dan kepada nabi Muhammad s.a.w. dikurniakan akhlak nabawi walaupun maksud kejadian Adam adalah penciptaan nabi kita dalam sulbinya; maka penghulu kita Muhammad s.a.w. adalah maksudnya dan Adam alaihis salam adalah wasilah baginya, dan maksud mendahului wasilah.Adapun sujud malaikat kepada Adam a.s. , kata Fakhr al-razi dalam tafsirnya ialah : para malaikat itu diperintah sujud kepada Adam kerana ada Nur Muhammad s.a.w. pada dahinya. (hal.15 ).

Dalam al-Mustadrak oleh al-Hakim rh terdapat beberapa riwayat berkenaan dengan nur baginda s.a.w. Antaranya ialah:

(Diriwayatkan kepada kami) oleh ‘Ali bin Hamshad al-‘adl secara rencana (imla), Harun bin ‘Abbas al-hashimi meriwayatkan kepada kami, Jundul bin Waliq meriwayatkan kepada kami, (seterusnya sampai kepada al-‘Abbas rd) bahawa baginda bersabda: Allah mewahyukan kepada ‘Isa alaihis-salam, wahai ‘Isa, berimanlah engkau kepada Muhammad dan suruhlah sesiapa yang mendapatkan baginda dari kalangan umatmu supaya beriman dengannya, kalaulah tidak kerana Muhammad Aku tidakm menjadikan Adam, kalaulah tidak kerana Muhammad tidak Aku jadikan Adam, kalaulah tidak kerana Muhammad Aku tidak jadikan Syurga, dan Neraka, Aku jadikan ‘Arasy atas air, kemudian ia bergoncang, maka ditulis atasnya ‘la ilaha illa’llah Muhammadun Rasulu’Llah, maka iapun tenang. (Ini hadith sahih (kata al-Hakim) yan g tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim).(al-Mustadrak al-Hakim II.614-615).

Dari Maysarah al-Fakhr , katanya bahawa ia bertanya kepada Rasulullah “Ya Rasulullah, bilakah tuan hamba menjadi nabi? Jawabnya: walhal Adam masih antara roh dan jasad. (al-Mustadrak.II.608-609).Sahih riwayatnya.

Dari Maisarah al-fakhr lagi, katanya bahawa ia bertanya kepada baginda bila baginda menjadi nabi.Jawabnya (Sewaktu) Adam masih antara roh dan j asad.Hadith sahih. (al-Mustadrak.II.609.)

Dari Irbad bin Sariah katanya: Aku mendengar Rasulullah s.a.w. berkata :Sesungguhnya aku di sisi Allah pada awal Kitab khatam sekelian anbiya, walhal Adam terbujur dalam jasadnya, aku akan memberitahu kepada kamu takwilan tentang itu, (aku) adalah do’a bapaku Ibrahim , berita gembira saudaraku ‘Isa kepada umatnya, dan aku pemandangan bondaku, yang ia lihat keluar daripadanya nur yang menjadikan terang baginya istana-istana di Syam. Sahih.(al-Mustadrak.II.600).

Berkenaan dengan yang demikian ada riwayat daripada Khalid bin Ma’dan, dari beberapa Sahabat nabi s.a.w. bahawa mereka bertanya kepada baginda: Beritaku kepada kami berkenaan dengan tuan hamba.Baginda menjawab:Aku doa bapaku Ibrahim, berita gembira ‘Isa (kepada umatnya tentang aku akan diutus), dsan bondaku melihat sewaktu aku dilahirkan keluar daripadanya nur yang menerangi baginya Busra, dan Busra adalah di negeri Syam.Al-hakim menyatakan Khalid ibn Ma’dan dari kalangan tabi’in yang sebaik-baiknya yang bersahabat dengan Mu’adh bin Jabal.sahih pada al-Hakim.(al-Mustadrak.II.600).

Dalam kitab Jam’ al-Wasa’il fi Sharh al-Shama’il (lit-Tirmidhi) karangan Mulla ‘Ali bin Sultan Muhammad al-Qari rh (men.1014 H.) ada terdapat beberapa huraian , antaranya:

Tentang kenyataan dalam Shama’il Tirmidhi bahawa orang yang melihat nabi tanpa mengenalinya terlebih dahulu terasa sangat hebat,maka Mulla ‘Ali al-Qari menghuraikan aspek kehebatan baginda itu katanya: kerana ada pada baginda sifat jalal dan atasnya ada kehebatan dari sisi Tuhan dan limpahan kurnia dari alam samawi (sifah al-jalal wa ‘alaihi al-haibah al-ilahiyyah wal-fuyud al-samawiyyah).(Jam’ al-wasa’il.hal.28).Dan dalam kitab yang sama dalam kenyataan al-Shama’il bahawa baginda itu lebih cantik daripada bulan –ahsan minal-qamar- beliau memberikan huraian katanya :tentangnurnya zahir dalam ufuk-ufuk (alam zahir) dan alam anfus (diri manusia) dengan tambahan sifat-sifat kesempurnaan dalam bentuk rupa lahir dan ma’nawi , bahkan pada hakikatnya tiap-tiap nur dijadikan daripada nurnya (ma’a ziyadah al-kamalat al-suwariyyah wal-ma’nawiyyah, bal fil-haqiqah kullu nurin khuliqa min nurih); dan dikatakan dalam hubungan dengan ayat bermaksud:’Allah adalah cahaya langit dan bumi, dan misalan bagi nurnya-iaitu nur Muhammad- maka nur wajahnya –s.a.w.- yang sejati, pada zatnya, tidak terpisah daripadanya sesaatpun malam dan siang, walhal nur bagi bulan muktasab, dipinjam (daripada cahaya matahari) sekali berkurang dan sekali terselindung. (jam’ al-Wassa’il Sharah al-Shama’il.hal.47).

Dalam huraian Shaikh al-Munawi rh tentang baginda itu lebih cantik daripada bulan sebagaimana yang ternyata dalam kitab Shama’il al-Tirmidhi, beliau menyatakan:itulah wajah baginda pada sisi tiap-tiap orang ; dan dalam riwayat ibn al-Jauzi dan lainnya dari Jabir juga ‘pada mataku’ ganti bagi ‘pada sisiku’ (‘indi’) ; dalam riwayat Abu Nu’aim dari Abu Bakr adalah wajah baginda itu seumpama pagar atau kandungan bulan (‘daratul-qamar’) dan bagi riwayat Darimi dari al-Rabi’ binti al-Mu’awwidh katanya : Aku melihatnya aku mel,ihat mnatahari sedang naik memancar.Dalam riwayat ibn al-Mubarak dan ibn al-jauzi dari ibn ‘Abbas bahawa baginda tidak ada baying (‘lam yakun lahu zill’), dan baginda tidak berdiri dalam matahari melainkan cahaya b aginda mengatasi cahaya matahari., sebagaimana yang ada dalam Baijuri.(Sharah al-Muhaddith al-Shaikh al-Munawi pada Shama’il Tirmidhi,I. halaman 47).

Dalam huraian Shaikh al-Munawi lagi, dalam menghuraikan kata-kata bermaksud: seperti cahaya keluar antara celah-celah gigi baginda,katanya : tidak perlu kepada kata ‘seperti’ (‘ka’) tambahan, seperti yang dilakukan oleh pensyarah (‘Shama’il’) , bagaimana demikian, kerana itu (yang keluar di celah-celah gigi baginda)adalah nur hissi (atau cahaya lahiriah, bukan maknawi, abstrak), dan kata beliau kalau tidak hissi maka bagaimana digunakan ru’iya-dilihat.Ertinya ia bukan ma’nawi. (ibid.I.55-56).

Dalam hubungan dengan kenyataan dalam al-Shasma’il bila nabi s.a.w. datang ke Madinah menjadi cerah (tiap-tiap sesuatu) ,kata Mulla ‘Ali al-Qari iaitu :menjadi cerah tiap-tiap juzuk dari kota Madinah dengan nur yang hissi-atau cahaya lahiriah yang dipandang dengan mata—atau juga cahaya ma’nawi kerana dengan masuknya baginda maka ada cahaya hidayah yang am dan terangkat kerananya berbagai jenis kegelapan , dengan isyarah bahasa menunjukkan teramat sangat (al-mubalaghah) , yang tiap-tiap sesuatu dari alam ini mengambil cahaya dari Madinah pada hari itu.Ataupun pencerahan itu ialah kiasan bagi kesukaan yang amat sangat bagi para penduduk kota itu – serta dengan tidak mempedulikan (dalam suasana itu) kepada mereka yang berseteru (dengan baginda dan Islam).Beliau juga menyebut pendapat al-Tibbi yang memandang itu adalah cahaya secara hissi. (Mulla ‘Ali al-Qari, Sharah al-Shama’il al-Tirmidhi, II.209).

Dalam syarah al-Munawi berkenaan dengan potongan yang sama dalam al-Shama’il Tirmidhi katanya :Yang asah ialah maksudnya tiap-tiap juzuk daripada juzuk-juzuk kota Madinah itu menjadi cerah dengan cahaya secara hakikatnya (bukan kiasan lagi) bukan tajrid (bukan secara abstrak lagi) , bagaimana tidak, walhal baginda itu zat dirinya pada keseluruhannya adalah cahaya (‘wa qad kanat dhatuhu kullaha nuran) maka Allah taala telah berfirman : Telah datang kepada kamu dari Allah Nur dan Kitab yang nyata, maka baginda adalah cahaya yang menjadikan cerah bagi sekelian alam, dan baginda adalah lampu yang cerah mengeluarkan cahaya. (Sharah al-Munawi atas al-Shama’il Tirmidhi, di tepi syharah Mulla ‘Ali al-Qari, II.55).

Dalam al-Mawahib al-Laduniyyah –Hashiyah Shama’il al-Tirmidhi karangan Shaikh Ibrahim al-Bajuri (men.1276 Hijrah) terdapat beberapa kenyataan yang mencerahkan. Dalam hubungan dengan potongan yang bermaksud:iaitu orang yang melihat baginda secara badihah (belum mengenalinya ) akan merasa hebat dengannya-iaitu melihat baginda sebelum menilik kepada akhlaknya yang teramat tinggik dan hal dirinya yang teramat berharga, merasa gerun dengannya, kerana ada padanya sifat jalal atau kehebatan dari sisi Tuhan (sifat al-jalal al-rabbaniyyah) dan apa yang ada padanya dari kehebatan dari sisi Tuhan (lima ‘alaihi minal-haibah al-ilahiyyah).

Kemudian beliau mengutip kata-kata dari ibn al-Qayyim:Perbezaan antara kehebatan dan takabur (pada seseirang insan) ialah :kehebatan itu adalah kesan daripada beberapa kesan yang banyak yang memenuhi kalbu orang itu kerana merasa kehebatan Allah (bi ‘azamati al-rabb) dan kasih kepadaNya, serta merasa Ketinggian HebatNya (wa ijlaliHi); maka bila hati seseorang penuh dengan yang demikian bertempatlah padanya nur, turunlah atasnya rasa ketenangan dan kebeningan (al-sakinah), dan dipakaikanlah kepadanya selendang kehebatan ; maka (dengan yang demikian) jadilah percakapannya nur, ilmunya nur, kalau ia diam, maka ada atas dirinya kehebatan dan keagungan (al-waqar), dan bila ia berkata-kata

Ia menarik hati manusia dan pandangan mereka.Adapun sikap takabur itu adalah kesan daripada sekian banyak kesan yang memenuhi kalbu , daripada kejahilan, kezaliman, dan ujub atau heran kepada diri sendiri.Maka bila kalbu dipenuhi dengan yang demikian, terkeluarlah daripadanya kehambaan (‘ubudiyyah) dan turunlah ke atasnya kegelapan zulmat, sifat marah, maka berjalannya antara manusia dengan bongkak, mu’amalahnya dengan mereka secara takabur , tidak memulakan memb eri salam (kepada orang lain)…(dalam al-mawahib al-laduniyyah –hashiyah al-Shaikh Ibrahim al-Bajuri ‘ala al-Shama’il al-Muhammadiyyah lit-Tirmidhi-hal.16).

Dalam kitab yang sama (hal.19) dalam hubungan dengan potongan dalam al-shama’il yang bermaksud: Adalah baginda salla’llahu ‘alaihi wa sallam bercahaya-cahaya wajahnya seumpama bercahayanya bulan sewaktu penuh purnama –lalatul-badr-iaitu malam kesempurnaannya, kerana nabi s.a.w. menghapuskan kegelapan kufur sebagaimana bulan menghilangkan kegelapan malam, dan sesungguhnya datang riuwayat (juga) misalan baginda seumpama matahari dengan memandang kepada matahari itu lebih lengkap dalam pencerahan kegimalangan cahayanya , dan pencerahan dengan cahayanya itu ada juga datang misalan baginda seumpama kedua-duanya (matahari dan juga bulan) dengan memandang kepada keadaan nabi s.a.w. menghimpunkan dalam dirinya tiap-tiap segi kesempurnaan , dan misal umpama itu adalah sekadar untuk mendekatkaqn kepada faham, kalau tidak tidak ada apa-apa yang menyamai baginda dalam gambaran sifat-sifatnya.

Dalam teks yang sama (hal.24) dalam hubungan dengan kenyataan Jabir bahawa ia melihat Rasulullah s.a.w. pada malam bulan penuh purnama —aku melihat kepada baginda dan kepada bulan padaku baginda lebih cantik daripada bulan.(ahsan minal-qamar), kata al-Baijuri:

Yang demikian itu adalah pada tiap-tiap orang yang melihat baginda sa.aw.Hanyasanya bagimnda itu lebih cantik kerana nurnya mengatasi nur bulan (li’anna dau’ahu yaghlibu ‘ala dau’I al-qamar) , bahkan mengatasi cahaya matahari (bal wa ‘ala dauy’i al-shamsi); bahkan dalam satu riwayat ibn Mubarak dan ibn al-Jauzi baginda itu tidak ada baying, dan bila baginda berdiri dalam sinaran cahaya matahari maka cahayanya mengatasi cahaya matahari, dan bila ia berdiri dalam cahaya lampu maka cahayanya mengatasi cahaya lampu itu. (ghalaba dau’uhu ‘ala dau’i al-siraj).

Dan berkenaan dengan cahaya yang keluar dicelah-celah gigi nabi s.a.w. al-Baijuri menafsirkan bahjawa itu cahaya hissi bukan hanya ma’nawi, sebab kalimah ru’iya itu merujuk kepada melihat. (ibid.hal.27).

Dan dalam hubungan dengan kenyataan kota Madinah cerah dengan cahaya dengan kedatangan nabi s.a.w. beliau memahaminya cahaya yang hissi selain daripada yang ma’nawinya. (ibid. hal.196).

Dalam hubungan dengan hadith yang kuat sandarannya dalam Tirmidhi berkenaan dengan Allah mengenakan cahayanya atas sekelian makhluk, dan yang mengenanya dan yang tidak mengenannya ialah seperti berikut:

حَدَّثَنَا ‏ ‏الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ ‏ ‏حَدَّثَنَا ‏ ‏إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏يَحْيَى بْنِ أَبِي عَمْرٍو السَّيْبَانِيِّ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الدَّيْلَمِيِّ ‏ ‏قَال سَمِعْتُ ‏ ‏عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو ‏ ‏يَقُولُ ‏
‏سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏يَقُولُ ‏ ‏إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ خَلْقَهُ فِي ظُلْمَةٍ

فَأَلْقَى عَلَيْهِمْ مِنْ نُورِهِ فَمَنْ أَصَابَهُ مِنْ ذَلِكَ النُّورِ اهْتَدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ فَلِذَلِكَ أَقُولُ جَفَّ الْقَلَمُ عَلَى عِلْمِ اللَّهِ ‏
‏قَالَ ‏ ‏أَبُو عِيسَى ‏ ‏هَذَا ‏ ‏حَدِيثٌ حَسَنٌ

Diriwayatkan kepada kami oleh al-Hasan bin ‘Arafah, Isma’il bin ‘Iyash meriwayatkan kepada kami dari Yahya bin Abi ‘Amru al-Syaibani, dari ‘Abdullah bin al-Dailami, katanya Aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Amru berkata:Aku mendengar Rasulullah salla’Llahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah ‘Azza wa jalla menjadikan sekelian makhluk dalam zulmah, kemudian Ia melemparkan ke atas mereka daripada NurNya, maka sesiapa yang terkena daripada Nur itu dia mendapat hidayat dan sesiapa yang tidak terkena Nur itu atasnya ia tersesat.Dengan itu maka aku berkata: Qalam sudah kering atas Ilmu Allah.Kata Abu ‘Isa (Tirmidhi): hadith hasan.

(http://www.hadith.al-islam.com/Display/Display-asp?Doc=2&ID=41787&SearchText…)

Hadith ini ialah berkenaan dengan takdir Ilahi tentang taraf-taraf makhluk mendapat cahaya-nur- dari Tuhan dalam kehidupannya dan agamanya.Dengan ini maka boleh difahamkan bahawa hidup mukminin adalah berdasarkan hakikat cahayanya, dan Nabi s.a.w. adalah mukmin yang pertama sekali yang mendapat bahagian cahaya itu, dan ia melebihi orang lain dengan sifatnya sebagai cahaya- termasuklah melebihi walaupun malaikat yang terjadi daripada cahaya.Maka Nabi s.a.w. adalah makhluk pertama yang mendapat cahaya itu melebihi para malaikat dan lainnya.

‏ ‏

Dalam kitab Al-Anwar al-Muhammadiyyah mkin al-Mawahib al-laduniyyah karangan Syaikh Yusuf bin Ismai’l al-Nabhani (Dar al-Fikr, tanpa tarik) disebut oleh beliau beberapa maklumat berkenaan dengan Nur Muhammad.Antaranya ialah seperti berikut:

Maksud yang pertama (dalam Kitab al-Anwar al-Muhammadiyyah…) :Ketahuilah bahawa bilamana berhubung Iradat Allah Taala bagi mengadakan makklukNya maka Ia menzahirkan H akikat Muhammadiyyah dari anwarNya (dengan Q!udrat dan IradatNya-uem) kemudian Ia menimbulkan daripada (nur itu) alam-alam semuanya, alam tingginya dan alam rendahnya, kemudian Ia memasyhurkan kenabian baginda walhal Adam belum ada lagi, melainkan sebagaimana yang disabdakan oleh baginda salla’llahu ‘alaihi wa sallam-(ia adalah) antara roh dan jasad (yakni belum ada lagi) , kemudian terpancarlah daripada baginda (yaitu nurnya itu-uem) para arwah , maka ia adalah dari jenis yan g tinggi mengatasi semua jenis, dan ia adalah bapa akbar (punca terbesar) bagi sekelian yang wujud (al-ab al-akbar li-jami’ al-maujudat);dan bila habis edaran masa dengan Nama yang Batin pada haknya salla’Llahu ‘alaihi wa sallam( bagi berpindah) kepada wujud jasadnya dan pertambatan roh dengannya, berpindahlah hukum zaman itu kepada Nama yang Zahir, maka zahirlah Muhammad salla’Llah u ‘alaihi wa sallam dengan keseluruhan (dirinya dan hakikat)nya, dengan jisim dan rohnya sekali. Maka (makna yang sedemikian itu boleh terdapat) dalam (riwayat) Sahih Imam Muslim, bahawasanya baginda bersabda: Sesungguhnya Allah Taala memaktubkan takdir sekelian makhluk (maqadir al-khalq) sebelum dijadikan langit dan bumi selama lima puluh ribu tahun (melambangkan masa yang terlalu amat lama yang tidak boleh ditentukan oleh manusia-uem) dan ‘ArasyNya berada di atas air.Dan termasuk ke dalam jumlah yang termaktub (demikian itu) ialah bahawa Nabi Muhammad adalah khatam al-Nabiyyin. (Maka dalam hubungan dengan hakikat yang sedemikian itulah ada riwayat-uem) dari al-‘Irbad bin Sariyah dari Nabi salla’Llahu ‘alaihi wa sallam bahawa baginda bersabda: Sesungguhnya aku di Sisi Allah adalah khatam sekelian para nabi walhal Adam masih terbujur dalam jasadnya, terbujur jasaadnya, belum tertiup roh padanya.Dan (ada riwayat hadith) dari Maisarah al-Dabbi katanya: Aku bertanya kepada baginda :Wahai Rasulullah, bilakah tuanhamba men jadi nabi? Jawabnya: Sewaktu Adam masih antara roh dan jasad.(hal.9)

Dalam Sahih Muslim dari Nabi salla’Llahu ‘alaihi wa sallam bahawa baginda bersabda: Sesungguhnya Allah azza wa jalla memaktubkan takdir sekelian makhluk sebelum dijadikan langit dan bumi selama lima puluh ribu tahundan ‘ArasyNya berada di atas air, dan termasuk ke dalam jum;lah yang termaktub dalam Ibu Kitab ialah bahawa Nabi Muhammad adalah khatam sekelian anbia.( ibid.hal.9).

Dan dari al-‘Irbad bin Sariyah dari Nabi salla’Llahu ‘alaihi wa sallam: sabdanya: Sesungguhnya aku di sisi Allah adalah khatam anbiya’ walhal Adam terbujur dalam jasadnya iaitu terbujur sebelum ditiupkan roh padanya. (ibid.hal.9-10).

Hadith-hadith yang menunjukkan kedudukan hakiki dan kelebihan nabi salla’Llahu ‘alaihi wa sallam juga dibicarakan oleh al-Imam Suyuti (men.911 Hijrah) dalam kitabnya al-Hawi lil-Fatawi , (Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah , Nbeirut., 1421/2000 ) dalam jilid 2 hal.136 dan seterusnya. Beliau menulis antaranya:

Hadith dari Saidina ‘Umar bin al-Khattab, Anas, Jabir, ibn ‘Abbas, ibn ‘Umar, Abi Darda’, Abu Hurairan dan lainnya (meriwayatkan) bahawa nabi salla’Llahu ‘alaihi wa sallam memberitahu yang baginda itu btertulis (namanya) atas ‘Arasy dan tiap-tiapo langit, dan tiap-tiap pintu Syurga, atas daun-daun Syurga: ‘la ilaha illa’Llah Muhammadun Rasulullah’ Dan tidak termaktub yang demikian itu dalam alam malakut melainkan atas daripada nama-nama anbia lainnya [dan itu tidak lain] melainkan un tuk para malaikat menyaksikannya dan [untuk mereka mengetahui] hal keadaan baginda diutus kepada mereka[ juga selain daripada diutus kepada manusia].

Dan ibn ‘Asakir mengeluarkan riwayat daripada Ka’b al-Ahbar bahawa Adammemberi wasiat kepada anaknya Syith katanya: Tiap-tiap kali kamu berzikir menyebut nama Allah maka sebutkan juga dengannya nama Muhammad ; sesungguhnya aku melihat nama baginda itu termaktub atas tiang ‘Arasy walhal aku di antara ruh dan jasad, kemudian aku mengerling lihat lalu aku dapati tidak ada mana-mana tempat di langit melainkan tertulis padanya nama Muhammad.Dan aku tidak melihat dalam Syurga sebuah istana dan bilik melainkan tertulis padanya nama Muhammad, dan aku melihat namanya tertulis atas leher idadari… (hal 136-137 al-Hawi).

Imam al-Suyuti seterusnya menyatakan seperti berikut:

Dan al-Subki menyatakan dalam kitab karangannya bahawa baginda salla’Llahu ‘alaihi wa sallam diutus kepada sekelian anbia –Adam dan nabi-nabi kemudiannya , bahawa baginda salla’Llahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi bagi mereka dan Rasul atas mereka semuanya, dan boleh diambil dalil tentang yang demikian itu daripada hadith nabi salla’Llahu ‘alaihi wa sallam ‘Aku sudah nabi walhal Adam [masih] antara ruh dan jasad’ dan h aditnyya ‘Aku dibangkitkan kepada umat manusia seluruhnya’ (bu’ithtu ilan-nas kaffatan’).Katanya [yakni kata al-Subki]:Dan kerana ini Allah mengambil janji atas semua nabi-nabi untuk nabi Muhammad, seperti dalam firman Allah: {bermaksud] ‘Dan Allah mengambil perjanjian …adakah kamu berikrar dan mengambil sebagai perjanjian denganKu , mereka berkata kami berikrar, firmanNya Saksikanlah, Aku bersama kamu sebagai saksi’ [Ali ‘Imran.81][Kata Imam al-Suyuti]:Dikeluarkan hadith oleh ibn Abi Hatim dari al-Suddi tentang ayat itu, katanya: Tidak dibangkit seseorang nabi mulai dari Adam melainkan Allah mengambil janjinya supaya ia benar-benar beriman dengan Muhammad .Dan ibn ‘Asakir mengeluarkan hadith dari ibn ‘Abbas , katanya: Terus-menerus Allah mengutamakan dan mendahulukan nabiu Muhammad salla’Llahu ‘alaihi wa sallam sampai kepada Adam dan nabi-nabi selepas daripadanya …(ibid.II.137)

Dan al-Hakim mengeluarkan hadith dari ibn ‘Abbas katanya: Allah mewahyukan kepada ‘Isa :Berimanlah engkau den gan Muhammad dan suruhlah sesiapa yang bertemu dengan baginda itu dari umatmu supaya beriman dengannya, kalaulah tidak kerana Muhammad Aku tidak jadikan Adam, Syurga, dan Neraka.

Kata al-Subki:Kita tahu melalui khabar [hadith] yang sahih hasilnya kesempurnaan –sebelum Adam dijadikan lagi- bagi nabi kita Muhammad salla’Llahu ‘alaihi wa sallam dari sisi Tuhannya, dan Tuhan telah kurniakan kmepada baginda itu nubuwwah dari waktu itu lagi[waktu Adam pun belum ada] , kemudian Allah mengambil dari para nabi iktu janji unbtuk beriman dengan Muhammad, untuk memberitahu kepada mereka bahawa bagfinda itu terdahulu dean terkedepan daripada mereka, dan baginda itu nabi dan rasul bagi mereka, dan pada makna mengambil janji itu ada makna istikhlaf [yakni para nabi lain itu bertindak atas nama Muhammad] , kerana itu masuklah di dalamnya [dalam kata-kata tentangnya] lam al-qasam dalam ‘latu’minunna bihi’ dan ‘wa latansurunnahu’ [maknanya kamu benasr-benar beriman dengannya dan kamu benar-benar menolongnya bila sampai masanya].(ibid.II.137)

Kemudian Im am al-Suyutoi seterusnya menyebut tentang kelebihan nabi s.a.w. diambil janji untuknya, bagaimana nabi-nabi lain menjadi makmum sembahyang di belakaqngnya pada malam Isra’ Mi’raj, kemudian bagaimana nabi ada dua wazir di langit Jibril dan Mika’il, dan di bumi dua, iaitu Abu bakar dan ‘Umar, berdasarkan hadith yang dikeluarkan oleh ibn al-Mundhir, ibn Abi Hatim, al-tabarani, ibn Marduyah, dan Abu Nu’aim dalam ‘al-Dala’il’.

Pada tahap ini penulis ingin menukilkan catatan Dr GF Haddad dalam artikelnya “The Light of Muhammad” dalam http://www.abc.se/~m9783/nurn_e.html dan dalam artikelnya “The First Thing that Allah created was my nur” dalam http://www.abc.sel/~m9783/fiqhi/fiqha_e30.html;

Antara para ulama yang disebut oleh beliau yang membicarakan soal Nur Muhammad ialah Qadi ‘Iyad yang terkenal dengan kitab al-Shifanya,

Imam al-Suyuti dalam Tafsir Jalalainnya

Firuzabadi dalam Tanwir al-Miqbasnya atau tafsir ibn ‘Abbasnya

Imam Fakhru’d-Din al-Razi , mujaddid abad ke 6 Hijrah, dengan Tafsir al-Kabirnya

Qadi al-Baidawi dengan Tafsir al-Baidawinya

Al-Baghwi dengan Ma’alim al-Tanzilnya

Pengarang tafsir Abi Su’ud dengan huraiannya

Al-Tabari dengan Tafsir at-tabarinya

Pengarang Tafsir al-Khazin dengan huraiannyaAl-Nasafi dengan Tafsir al-Madariknya

Al-Sawi dengan syarahnya atas al-jalalain

Al-Alusi dengan Ruh al-ma’aninya

Ismail Haqqi dengan syarahnya atas Tafsir Ruh al-Ma’ani

Al-Qari dengan Sharah al-Shifanya

Suyuti dengan al-Riyad al-Aniqanya

Ibn Kathir dengan Tafsirnya

Qadi ‘Iyad dengan al-Shifanya

Al-Nisaburi dengan tafsirnya Ghara’ib al-Qur’an

Al-Zarqani dengan Sharah al-mawahib al-laduniyyahnya

Ibn Hajar dengan al-Isabahnya

Tirmidhi dengan Sunannya

Baihaqi dengan Daala’il al-Nubuwwahnya

Ibn hajar haitami dengan D ala’il al-Nubuwwahnya

Bukhari, Muslim dan Imam Ahmad dengan kitab hadith mereka masing-masing yang memberi gambaran tentang nabi s.a.w.

Al-Hakim dengan al-Mustadraknya

Ibn Kathir dengan Tafsirnya dan Maulid Rasul Allahnya

Ibn Ishaq dengan SirahnyaDhahabio dengan Mizan al-I’tidalnya

Al-Tabari dengan al-Riyad al-Nadiranya

Al-Shahrastani dengan al-Milal wan-Nihalnya

‘Abd al-Haq al-Dihlawi dengan Madarij al-Nubuwwahnya (dalam Bahasa Parsi)

“Abd al-Hayy al-Lucknowi dengan al-Athar al-marfu’ fi al-akhbar al-maudu’anya

‘Abd al-Razzaq dengan Musnadnya

‘Abidin (Ahmad al-Shami) men.1320 H. dengan klomentarnya atas syair ibvn Hajar al-Haitami al-Ni’;matul-Kubra ‘alal-‘Alamin

Al-‘Ajluni (Isma’il bin Muhammad, men.1162) dengan Kashf al-Khafa’nya

Bakri (Sayyoid Abu al-hasan Ahmad ibn ‘Abd Allah men.abad ke3 H) dengan al-Anwar fi Maulid al-Nabi Muhammad salla’Llahu ‘alaihi wa sallamnya

Diyarbakri (Husain bin Muhammad, meninggal 966 H.) yang memulakan kitabnya Tarikh al-Khamis fi Ahwal Anfasi Nafisa dengan kata-kata Segala puji-pujian tertentu b agi Allah yang menjadikan cahaya nabiNya sebelum daripada segala sesuatu…”

Fasi (Muhammad ibn Ahmad men.1052 H.) dengan kitabnya Matali’ al-Masarrat

Shaikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani men.561 H. dengan kitabnya Sirr al-Asrar fi Ma Yuhtahu ilaihi al-Abrar (hal.12-14 edisi Lahore) yang menyatakan : Ia memberi dalil bahawa baginda adalah punca bagi segala sesuatu yang maujud , dan Allah Maha Mengetahui.

Haqqi (Ismail , men.1137) menukil hadith itu dalam tafsirnya Ruh al-Bayan

Ibn Hajar al-Haitami (men.974 H>) dengan Fatawa Hadithiyyahnya

Syaikh Ismail al-Dihlawi (men.1246 H>) dengan risalahnya Yek Rauzah di mana beliau menyatakan :Sebagaim ana yang diisyaratkan oleh riwayat : perkara yang awal dijadikan Allah adalah nurku.

Sulaiman al-Jamal (men.1204 H) yang menukil hadith tentang nur Muhammad awal-awal dijadikan Allah, dalam syarahnya ke atas al-Busiri berjudul al-Futuhat al-Ahmadiyyah bi al-Minah al-Muhammadiyyah.

‘Abd al-Qadir al-Jili dengan Namus al-A’zam wa al.-Qamus al-Aqdam fi Ma’rifat Qadar al-Bani sallka’lahu ‘alaihi wa sallam menyebut hadith nur Muhammad.

Kharputi (‘Umar bin Ahmad, men.1299) dalam syarahnya terhadap al-Busiri menyebutnya.

Maliki al-Hasani (Muhammad ibn ‘Alawi ) menyebutnya dalam syarahnya terhadap kitab al-Qari Hasyiyah Al-Maurid al-Rawi fi Maulid al-Nabi.Pada halaman 40 beliau menyatakan “Sanad Jabir adalah sahih tanpa pertikaian, tetapi ulama bnerbeza pendapat tentang teksnya kerana khususiahnya,.Baihaqi juga meriwayatkan hadith itu dengan beberapa kelainan.”

Ini antara teks-teks yang disebut oleh beliau dalam tulisannya.

Kesimpulan:

Daripada pembentangan riwayat-riwayat di atas berdasarkan dokumentasi para mufassirin dan muhaddithin yang merupakan imam-imam dalam bidangnya, ada beberapa kesimpulan yang boleh dibuat.Antaranya ialah: bahawa Nabi Muhammad s.a.w. sudah ada hakikatnya, nurnya, sebelum sekelian makhluk dijadikan.Bahkan nurnyalah yang merupakan makhluk pertama yang dijadikan oleh Tuhan, sebagai kekasihNya. Ia juga punca bagi sekelian makhluk yang lain, baik alam tinggi atau alam bawah atau alam rendahnya, alam yang boleh dipandang dengan mata atau alam yang tidak boleh dipandang dengan mata.Ia makhluk yang terawal dicipta dan yang terkemudian sekali dibangkit dengan jasad dan rohnya dalam sejarah alam ini.Namun kewujudannya sebagai nabi dan rasul diketahui oleh sekalian nabi dan rasul dalam seluruh sejarah umat manusia, antaranya, khususnya jelas daripada hadith-hadith berkenaan dengan Isra’ dan Mi’raj yang banyak dinukil oleh ibn Kathir dalam Tafsirnya berkenaan dengan ayat awal Surah bani Isra’il.

Nampaknya tidak timbul keperluan untuk sesiapa terlintas pada mindanya dan terfikir bahawa ulama tafsir, hadith, sirah, syama’il dan lainnya yang berbicara berkenaan dengan nabi meminjam idea itu daripada mana-mana punca lain; tidak ada tercatit dalam sejarah berlaku “peminjaman” idea ini dalam ulama kita, kecuali ada penyelidikan kemudian yang mengikuti kaedah yang boleh diterima oleh ahli ilmu kita.Nampaknya ia timbul daripada sumber Ahlis-Sunnah sendiri.Ini jelas sampai para nabi dan rasul membuat perjan jian dengan Tuhan untuk beriman kepadanya dan membantunya bila ia zahir dalam sejarah perjuangannya.Riwayat tentangnya berada dalam generasi-generasi anbia dalam sejarah nampaknya diterima oleh ulama yang berotoritas dalam ilmunya. Dalam umat ini.

Kalau terlintas diminda bahawa ini adalah tidak menasabah pada akal, maka banyak perkara yang boleh dikatakan tidak menasabah pada akal yang berfikir secara ‘biasa’, misalnya teori quantum tentang dunia yang ada ini dengan benda-bendanya tidak “pejal’ bahkan ia samaada bersifat sebagai gelombang atau zarrah yang tidak menentu sifatnya, samaada gelombang atau zarrah. Yang kelihatan pejal, keras pada pandangan mata, pada neraca teori quantum adalah tidak demikian. Kalau mengikut fikiran secara ‘biasa” e=mc2 adalah tidak menasabah; tetapi pada ahlinya ia bukan sahaja ‘menasabah’ tetapi ada kebenarannya yang sangat nyata. Atau lihat sahaja benih manusia yang terpancar ke dalam rahim, kemudian selepas sembiulan bulan lebih kurang ia menjadi manusia kecil yang bergerak, hidup, demikian seterusnya, kemudian berkata-kata dalam beberapa bulan.Orang boleh berkata sekarang : itu memang demikian. Ya, memang demikian yang berlaku dalam sunnah Tuhan.Demikian pula kita boleh sebutkan demikian sunnah Tuhan dalam hubungan dengan kejadian alam daripada nur Nabi kita s.a.w.

Kalau terlintas pada minda tentang hal yang demikian berlawanan dengan kejadian manusia, dan nabi juga, daripada tanah, maka perspektifnya ialah: pada hakikatnya tanah itupun asalnya daripada ‘nur’, yang kemudian dimanifestasikan dalam bentuk tanah dan lainnya.Tetapi asalnya daripada zat-sebelum-benda yang satu itu, nur itu, sebagaimana yang dihuraikan oleh kosmologi ulama Sunni kita.Allah memberi rahmat kepada mereka.

Dengan itu ‘nur’ nabi itu bukan sahaja maknawi, secara bahasa misalan, tetapi memang hakikatnya ia nur, yang melintasi sekelian nur, sehingga ia makhluk yang berupa nur yang daripadanya dijadikan nur-nur yang lain dan zat-zat yang lain.

Kalau sekarang mereka berbicara tentang alam dari segi electron, proton, neutron, ‘quarks’, ‘photon’ dan apa lagi, maka pada kita, sekalin daripada itu sedmua, dasar segalanya adalah asalnya ‘nur’ nabi kita.Yang lain-lain itu, bila b enar poada pengamatan ilmiah yang mentaati syarat-syaratnya boleh diterima.

Kalau terlintas untuk minda sesiapa membuat tanggapan bahawa ini pantheisma, ini juga tidak timbul, sebab pantheism adalah falsafah Barat yang baharu timbul dalam abad ke IX yang memaksudkan serba-Tuhan, semuanya juzuk-juzuk daripada Tuhan, walhal ini bukan demikian.Yang diajarkan ialah bahawa Tuhan menjadikan nur baginda sebagai makhluk terawal, yang menjadi punca segalanya kemudian baginda muncul dengan jasadnya dan rohnya bila tiba gilirannya di akhir zaman.

Inilah antara yan g terlintas pada penulis yang kurang pengetahuan ini untuk menukilkan riwayat-riwayat dari punca-punca para ulama yang muktabar dalam umat ini untuk kefahaman dan pegangan bersama.Mudsah-mudahan kita semua mendapat rahmat dan barakah dariNya.Amin ya Rabbal-‘alamin.Wallahu’a’lam.

Sumber: http://traditionalislam.tripod.com/Nur_Muhammad.htm

Jalan Mengenal Diri: Cara Bapak Bagindo Mochtar

Assalammu’alaikum wbt

Jalan Mengenal Diri: Cara Bapak Bagindo Mochtar diasaskan oleh Bapak Bagindo Mochtar yang berasal daripada Indonesia. Kata bapak dalam risalahnya; jalan ini adalah salah satu cabang daripada ilmu pengetahuan. Namun demikian, pemerhatian khusus berkenaan jalan ini mengungkaikan secara teoritikal dan praktikalnya menghampiri kepada cabangan ilmu Tasawwuf; iaitu salah satu daripada berbilang cara akan cara khusus dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Sepertimana yang diamalkan oleh pengamal-pengamal ilmu kebatinan, cara yang diperkenalkan bapak adalah secara metafizik. Iaitu penggunaan tenaga rohani. Sesetengah orang menyatakan tenaga ghaib. Ianya tidak terzahir secara lahiriah melainkan secara batiniah. Ilmu pengetahuan ini amnya dipraktikkan dalam segala segi kehidupan. Terutamanya dalam perhubungan serta hubungan dengan alam ghaib. Alam yang dikatakan tidak dapat dilihat secara mata kasar.

Apa yang diajarkan di dalam ilmu pengetahuan ini adalah melatih anak-anak yang telah diijazahkan dalam membuat penyerahan sepenuhnya kepada kuasa yang Maha Esa dalam apa jua perbuatan. Insyaallah dengan adanya serta wujudnya ilmu pengetahuan ini, diharapkan melahirkan generasi baru, iaitu generasi yang serba lengkap dalam menjalankan kehidupan di alam yang fana ini serta Akhirat; bak kata Bapak dalam risalahnya: ‘Diri yang boleh dipakai semasa hidup, dan boleh ditumpang semasa mati’.